REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berkomitmen untuk menyetop pembangunan PLTU usai megaproyek pembangkit 35 GW rampung beroperasi.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan, untuk saat ini PLN tidak bisa langsung melakukan aksi penghentian proyek 35 GW. Karena, 95 persen dari total proyek tersebut sudah berkontrak dan bahkan sudah dilakukan pembangunan.
"Setelah ini, selesai. Penambahan energi listrik pada waktu akan datang hanya akan berfokus pada EBT. Jadi, setelah 35 GW ini selesai, kita hanya akan menambah kelistrikan kita memakai EBT," ujar Zulkifli secara virtual, Jumat (7/5).
Zul juga menjelaskan dari total 35 GW, saat ini tinggal tersisa 4 persen dari proyek yang baru memasuki tahap perencanaan dan pengadaan. Hal inilah yang menurut Zul sulit untuk dibatalkan karena pemerintah dan PLN perlu menjaga kehormatan kontrak kerja sama.
Zul mengakui memang dari proyek 35 GW ini mayoritas pembangunan PLTU. Hanya 2.000 MW yang berasal dari proyek EBT. Secara nasional, proyek proyek ini memang masih kurang untuk mengebut target bauran energi dan target clean energi Indonesia.
"Dari 35 GW ini, hanya 2.000 MW yang merupakan project EBT. 33 ribu MW dari project itu non EBT. Kita akan liat COD dari project project ini yang akan masuk 12 ribu MW dalam lima tahun mendatang," ujar Zul.
Zul pun yakin meski nantinya PLN menyetop pembangunan PLTU dan menggantinya dengan EBT, tetap akan masuk dalam keekonomian. Zul menjelaskan, memang waktu belakang harga EBT masih mahal. Namun, dengan seiringnya teknologi dan peningkatan kapasitas, harga EBT bisa lebih terjangkau.
Baca juga : BI: Cadangan Devisa Naik Jadi 138,8 Miliar Dolar AS
"Teknologi EBT dari waktu ke waktu berkembang sangat cepat. PLTS yang tadinya di atas 10 sen per kWh sekarang sudah tinggal 5 sen per kWh. Kita harapkan ini terus turun," ujar Zul.