REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Nilai tukar dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (3/5). Ini karena imbal hasil obligasi pemerintah AS mundur dan data ekonomi yang lesu membebani mata uang Amerika.
Aktivitas manufaktur AS tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat pada April, kemungkinan dibatasi oleh kekurangan input di tengah permintaan yang terpendam yang dilepaskan oleh meningkatnya vaksinasi dan stimulus fiskal besar-besaran. Data mengirim imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih rendah.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, melemah 0,3 persen pada 90,969. Reli tajam dolar AS pada Jumat (30/4) mungkin bukan awal dari rebound yang lebih luas, Shaun Osborne, kepala strategi mata uang di Scotiabank, mengatakan dalam sebuah catatan.
"Ini akan membutuhkan kenaikan tambahan yang kuat minggu ini untuk memiringkan risiko menuju pemulihan dalam dolar AS dan bentuk awalnya tidak menjanjikan," kata Osborne.
Sentimen bearish terhadap dolar sedang meningkat setelah penurunan singkat. Posisi net short dolar AS naik minggu ini ke level tertinggi sejak akhir Maret, menurut perhitungan Reuters dan data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas yang dirilis pada Jumat (30/4).
Ekonomi AS berkinerja lebih baik tetapi belum keluar dari masalah, kata Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell pada Senin (3/5) dalam pernyataan.
Baca juga : Maskapai Baru di Indonesia Ini Sasar Penumpang Milenial
Dolar jatuh terhadap euro pada Senin (3/5) setelah survei menunjukkan pertumbuhan aktivitas pabrik zona euro melonjak ke rekor tertinggi pada April. Ini didorong oleh meningkatnya permintaan dan mendorong kenaikan perekrutan, meskipun kendala pasokan menyebabkan kenaikan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pesanan yang tidak terpenuhi.
Komentar oleh Luis de Guindos, wakil presiden Bank Sentral Eropa, juga membantu euro. ECB dapat mulai menghentikan langkah-langkah stimulus darurat ketika kecepatan vaksinasi virus corona mencapai tingkat kritis dan ekonomi semakin cepat, katanya kepada sebuah surat kabar Italia.
Perdagangan di pasar valuta asing berkurang akibat liburan di Jepang, China, dan Inggris, yang membatasi volatilitas. Dolar Australia dan Selandia Baru, menguat pada Senin (3/5), meskipun tidak cukup untuk sepenuhnya menutup kerugian akhir pekan lalu.
Pedagang valuta asing akan melihat data pasar tenaga kerja yang keluar pekan ini untuk membaca kesehatan pemulihan ekonomi AS dan untuk mengukur bagaimana Fed dapat menanggapi peningkatan data. Pertemuan kebijakan bank sentral juga dijadwalkan minggu ini di Australia, Inggris dan Norwegia.
Di pasar kripto, ethereum menembus 3.000 dolar AS. Uang kripto ini membukukan rekor tertinggi baru di 3.203,18 dolar AS.