REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,5 persen pada tahun ini. Hal ini sejalan perbaikan perekonomian global yang dibuka bertahap.
Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan Indonesia melewati tahun lalu dengan baik berkat respons krisis yang dikoordinasikan dan dikomunikasikan dengan bagus dan kepemimpinan yang kuat dalam menanggulangi pandemi.
“Meskipun terjadi krisis yang tak terduga akibat penyakit virus korona, pulihnya perdagangan secara kontinu, kebangkitan sektor manufaktur, dan anggaran pemulihan ekonomi nasional yang besar pada 2021. Kami optimis Indonesia akan kembali ke jalur pertumbuhannya tahun depan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (28/4).
Asian Development Outlook (ADO) 2021 merinci pengeluaran rumah tangga di Indonesia akan meningkat pada 2021. Hal ini seiring lajunya program vaksinasi dan makin banyak sektor perekonomian yang kembali beroperasi.
“Investasi diharapkan akan meningkat lagi bersamaan dengan membaiknya prospek ekonomi. Namun laju pemulihan pembiayaan atau kredit masih akan tertinggal mengingat ketidakpastian sentimen investor,” ucapnya.
Kemudian inflasi yang mencapai rata-rata 1,6 persen tahun lalu, diperkirakan naik ke 2,4 persen pada 2021, sebelum turun lagi ke 2,8 persen pada 2022. Angka inflasi ini masih berada dalam rentang target Bank Indonesia karena tekanan inflasi akibat depresiasi mata uang dan permintaan pangan yang lebih tinggi akan diimbangi sebagian oleh penurunan harga barang yang ditetapkan pemerintah.
Ekspor bersih yang didukung oleh kuatnya ekspor komoditas akan menjadikan defisit transaksi berjalan sebesar 0,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2021. Hal ini seiring naiknya investasi tahun depan, volume barang modal impor yang lebih tinggi, seperti mesin dan peralatan, diperkirakan akan mendorong defisit transaksi berjalan Indonesia hingga 1,3 persen PDB pada 2022.
“Terdapat beberapa risiko yang signifikan terhadap perkiraan ini. Pemulihan global dapat terganggu antara lain oleh ancaman dari mutasi virus korona yang baru, laju vaksinasi yang tidak merata di dunia, dan pengetatan keuangan global yang tidak terduga sebelumnya. Di dalam negeri, pemulihan ekonomi dapat melambat bila terjadi lonjakan kasus Covid-19 selama bulan Ramadan, keterlambatan dalam upaya vaksinasi, dan melemahnya pendapatan pemerintah,” ungkapnya.
Maka itu agar terjadi pemulihan yang kontinu, laporan ini merekomendasikan agar Indonesia memobilisasi sumber daya domestik dan memastikan pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan. Kekhawatiran mengenai utang yang berlebihan dapat diatasi dengan reformasi fiskal untuk memperluas basis pajak, meningkatkan administrasi dan kepatuhan pajak, serta menutup celah-celah perpajakan.
“Mendorong pemulihan yang ramah lingkungan akan melindungi lingkungan dan mendukung pertumbuhan ekonomi, serta membuka lapangan kerja,” ucapnya.
ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 negara anggota 49 diantaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.