REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Anwar Abbas, menilai bahwa dunia perbankan harus lebih berpihak ke pengusaha ultra mikro dan mikro. Hal ini agar jumlah pengusaha ultra mikro dan mikro yang menjadi pengusaha kelas menengah semakin banyak.
Buya Anwar mengatakan, dunia perbankan dan lembaga keuangan harus memberikan kredit dan pembiayaan kepada pengusaha ultra mikro dan mikro. Sayangnya, itu yang tidak terjadi hari ini.
Dia menjelaskan, jumlah dunia usaha 100 persen. Jumlah usaha besar 0,01 persen atau sekitar 550 pelaku usaha besar yang memiliki 3,5 juta karyawan. Jumlah usaha menengah 0,09 persen dan usaha kecil 1,22 persen.
"Jadi jumlah usaha besar, menengah dan kecil, jumlahnya 1,32 persen, yang dibiayai oleh dunia perbankan adalah usaha besar, menengah dan kecil yang jumlah 1,32 persen," kata Buya Anwar saat silaturrahim bersama jajaran pimpinan MUI ke kantor Harian Republika, Kamis (22/4).
Dia mengatakan, timbul pertanyaan, dunia usaha yang jumlahnya 98,68 persen itu dari mana pembiayaannya. Maka harus ada tindakan afirmatif dari pemerintah, untuk menaikan pengusaha ultra mikro ke usaha mikro. Kemudian menaikan usaha mikro ke usaha kecil, selanjutnya usaha kecil menjadi usaha menengah, dan usaha menengah menjadi usaha besar.
Sehingga jumlah pengusaha kelas menengah bertambah banyak. Kalau pengusaha kelas menengah bertambah banyak, maka pengusaha besar yang jumlahnya sedikit tidak bisa leluasa menentukan harga dan lain sebagainya.
"Maka saya setujunya bank syariah jangan menggarap pengusaha besar, tapi fokus ke usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), terutama usaha ultra mikro," ujar Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini.
Buya Anwar menegaskan, supaya pengusaha ultra mikro ini naik menjadi usaha mikro dan usaha kecil, maka perlu ada tindakan afirmatif dari pemerintah. Dia juga menilai, dunia usaha yang jumlahnya 98,68 persen harus dipikrkan oleh negara, karena tujuan negara mensejahterakan rakyat dan memakmurkan rakyat.