REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menilai PT Wijaya Karya (Persero) atau Wika sebaiknya fokus pada bisnis inti yakni infrastruktur dalam upaya pemulihan kinerja perusahaan. Pasalnya, kata Toto, kinerja Wika mengalami dampak yang cukup dalam akibat pandemi yang terjadi pada 2020. Toto menyangsikan rencana Wika beralih ke sektor industri metal dan mining ke depan.
"Diversifikasi ke bidang metal dan mining perlu diperjelas fokusnya di mana," ujar Toto saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Rabu (14/4).
Toto mengatakan Wika akan menghadapi tantangan besar saat memasuki sektor metal dan mining yang notabene terdapat para pemain besar yang sudah lebih dahulu menggeluti bidang tersebut. Toto pun mempertanyakan kompetensi Wika dalam menggarap sektor industri metal dan mining.
Pun dengan rencana Wika yang ingin masuk dalam pengembangan industri baterai listrik. Toto mengatakan pengembangan industri baterai listrik memang sangat menarik untuk masa depan. Namun begitu, lanjut Toto, Wika perlu mempersiapkan diri untuk menggali potensi yang terdapat pengembangan industri baterai listrik.
"Perlu diperjelas peran apa yang akan dimainkan Wika. Sisi hulu dan hIlir sudah akan dikerjakan konsorsium Indonesia Battery Company (Inalum-ANTM-PLN-Pertamina) dan mitra international yaitu CATL dan LG Chem," ungkap Toto.
Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) atau Wika Agung Budi Waskito mengatakan perusahaan tidak akan menanamkan investasi di proyek jalan tol ke depan dan melirik potensi energi terbarukan.
"Kami tidak punya rencana investasi jalan tol dan sebagainya. (Kita) akan leading di bidang mineral kemudian industri," ujar Agung dalam webinar bertajuk Mengukur Infrastruktur di Jakarta, Rabu (14/4).
Kata Agung, perusahaan ke depan akan berfokus pada sektor industri metal dan mining. Hal ini tak lepas dari model klaster yang ditetapkan Kementerian BUMN pada setiap perusahaan pelat merah, termasuk BUMN-BUMN yang bergerak di bidang konstruksi atau karya.
"Ke depan BUMN karya akan dibuat pengklasteran, jadi Wika karena ada keunggulan di bidang metal, mining, dan industri sehingga 40 persen pendapatan Wika ke depan itu akan dari industri metal, dan mining," ucap Agung.
Agung mengatakan preposisi ini bagian dalam mewujudkan keinginan Wika menjadi leading company BUMN karya untuk bidang industri, metal, dan mining. Dalam prosesnya, Wika akan ditopang anak usaha seperti Wika Beton, Wika Rekayasa Konstruksi, hingga Wika Bitumen. Meski begitu, lanjut Agung, perusahaan juga tetap menggarap pasar residential dan komersial, seaport, hingga precast lewat anak usaha lain seperti Wika Realty. Pun dengan proyek penugasan pemerintah di bidang jalan, bangunan, dan bendungan.