REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para petani, khususnya petani kakao didorong untuk memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disiapkan oleh Kementerian Pertanian. Hal tersebut bisa digunakan untuk memaksimalkan pengolahan hasil pertanian oleh petani.
Direktur Taman Teknologi Pertanian Ngelanggeran Gunung Kidul, Dedi Junaedi mengatakan, pihaknya mendoronhg agar petani memanfaatkan KUR. Karena, pemerintah pada tahun ini sudah menyiapkan anggaran Rp 20,38 triliun untuk menjadi tambahan modal bagi petani yang ingin mengembangkan hasil usahanya.
"Sekarang KUR yang sudah dimanfaatkan sudah terealisasi sekitar Rp 6 triliiun," kata Dedi saat acara diskusi dengan petani kakao dan rombongan Komisi IV DPR yang melakukan kunjungan kerja ke Taman Teknologi Pertanian Ngelanggeran di Kabupaten Gunung Kidul, Sabtu (10/4).
Dedi mengatakan, para petani memiliki semangat dan juga potensi. Sementara, mereka ada keterbatasan dari segi peralatan.
Sementara, bantuan peralatan dari pemerintah juga terbatas. Ini karena pembagiannya harus merata ke semua daerah.
Karena itu, pemanfaatan KUR bisa menjadi solusi bagi petani yang ingin lebih maju lagi. Dari KUR itu, petani bisa membeli peralatan yang diperlukan untuk mengolah hasil pertaniannya.
Sebelumnya, dalam diskusi itu, para petani kakao di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, ingin mengembangkan hasil dari produksi tanaman kakao. Karena itu, para petani membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk mendukung keinginan itu.
Salah satu petani kakao, Edi Suparjono dari Kelompok Tani Sidodadi mengatakan, pihaknya kesulitan dengan minimnya peralatan pembuat makanan dari kakao. Karena, peralatan yang dimiliki oleh para petani di sini masih belum memadai.
"Peralatan kami masih kecil jadi kami tidak bisa memenuhi permintaan," kata Edi Suparjono.
Alat yang dibutuhkan oleh petani, lanjut Edi, adalah alat press pengolah kakao. Jika para petani telah memilliki alat yang lebih memadai, maka dia yakin kelompok tani bisa merekrut lebih banyak tenaga kerja.
"Mudah-mudahan kita sebagai kelompok tani tidak hanya menjual biji tetapi juga barang jadi supaya bisa menyerap tenaga kerja," kata Edi.
Sebelumnya diberitakan, pada tahun lalu, realisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) sektor pertanian hingga akhir November 2020 telah mencapai 99,4 persen atau Rp 49,7 triliun dari total alokasi sebesar Rp 50 triliun.
Mengutip data dari Kementerian Pertanian (Kementan), sub sektor yang paling banyak mendapatkan KUR yakni perkebunan sebesar Rp 15,75 triliun atau 31,67 persen. Selanjutnya diikuti tanaman pangan sebanyak RP 14,72 triliun atau 29,59 persen.
Selanjutnya posisi ketiga terbesar yang mendapatkan alokasi KUR yakni sub sektor peternakan sebanyak Rp 9,5 triliun atau 19,10 persen. Kemudian hortikultura Rp 6,28 triliun atau 12,64 persen, lalu kombinasi pertanian perkebunan dan peternakan Rp 2,7 triliun atau 5,59 persen dan terakhir jasa pertanian, perkebunan dan peternakan 706 juta atau 1,42 persen.