Kamis 25 Mar 2021 01:25 WIB

Integrasi Teknologi Optimalkan Transformasi Digital

Adaptasi digital diperlukan untuk memastikan keberlanjutan operasional.

Rep: Novita Intan/ Red: Satria K Yudha
Pekerja memantau proses produksi panel listrik di pabrik pintar Schneider Electric Indonesia, Cikarang, Jawa Barat, Selasa (25/6/2019).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Pekerja memantau proses produksi panel listrik di pabrik pintar Schneider Electric Indonesia, Cikarang, Jawa Barat, Selasa (25/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor industri dinilai perlu melakukan integrasi antara teknologi operasional (TO) dan teknologi informasi di era digitalisasi. Integrasi itu diyakini dapat mengoptimalkan transformasi digital yang dilakukan suatu perusahaan. 

Head of IT Enterprise Sales Schneider Electric Indonesia Ronny Siswanto mengatakan, di era edge computing, edge data center memiliki peranan penting dalam lingkungan kegiatan operasional berbasis perangkat internet of things (IoT). Apalagi, tuntutan akan koneksi jarak jauh yang lebih cepat antara pusat data atau cloud dengan perangkat kerja jarak jauh dan kolaborasi lintas batas semakin tinggi. Hal ini berarti orang dan bisnis semakin bergantung pada pusat data dalam pengelolaan data di lingkungan operasionalnya.

"Untuk membangun edge data center yang andal dan berkelanjutan, dibutuhkan standardisasi dan integrasi, peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, teknologi yang mumpuni, pengawasan dan tata kelola data center yang terencana, dan sistem keamanan yang disesuaikan kebutuhan,” kata Ronny dalam acara diskusi virtual, Rabu (24/3). 

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, kata dia, Schneider Electric Indonesia mengembangkan tiga solusi edge data center yang diklaim dapat menjawab tantangan akan keterbatasan sumber daya manusia, keamanan, efisiensi dan keberlanjutan. Ketiganya adalah ecostruxure micro data center, ecostruxure IT expert, dan monitoring&dispatch services.

Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia Fadli Hamsani menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan AVEVA menyediakan solusi pengoptimalan aset yang membantu sektor industri dalam meningkatkan kinerja aset. Perangkat lunak ini menghasilkan strategi pengelolaan aset digital yang disesuaikan strategi bisnis perusahaan.

“Solusi ini dapat menekan capex (belanja modal) hingga 30 persen, mengurangi biaya pemeliharaan dan pengawasan hingga 50 persen dan biaya suku cadang hingga 25 persen, serta meningkatkan kinerja aset hingga 15 persen,” katanya.

Fungsional Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Jasa Industri Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian Bambang Riznanto mengatakan, masa pandemi menjadi titik balik bagi sektor industri mengambil langkah berani dalam pengadopsian teknologi digital. Adaptasi digital diperlukan untuk memastikan keberlanjutan operasional dalam menghadapi berbagai kondisi. 

Namun demikian, ia mengingatkan hal yang harus diperhatikan adalah teknologi yang telah diimplementasikan harus dikelola dengan baik. "Tujuannya, agar biaya investasi yang telah dikeluarkan menghasilkan return of investment yang maksimal untuk produktivitas dan profitabilitas perusahaan," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement