Selasa 23 Mar 2021 01:45 WIB

Impor Daging Kerbau Dinilai Rugikan Peternak dan Konsumen

Setiap tahun Indonesia mengimpor daging kerbau dari India.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Daging Kerbau
Daging Kerbau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Importasi daging kerbau khususnya dari India dilakukan pemerintah setiap tahun demi membantu stabilisasi harga. Namun, kebijakan tersebut dinilai Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia justru merugikan peternak lokal dan konsumen karena praktik oplos daging yang lumrah terjadi. 

Ketua Komite Tetap Industri Peternakan Kadin Indonesia, Yudi Guntara Noor, mengatakan, impor daging kerbau tidak semata-mata turunkan harga karena pasar masih meyakini daging segar yang baik.

Baca Juga

Alhasil itu membuat adanya celah bagi pedagang untuk mengoplos daging kerbau beku dengan daging sapi segar. Pengopolosan itu dilaukan dengan mencairkan terlebih dahulu daging beku sehingga saat dijual di pasar tradisional akan sulit dibedakan.

"Akhirnya, yang jadi terdesak daging sapi dan pemotongan hewan dalam negeri," kata Yudi dalam webinar Meat & Livestock Australia, Senin (22/3).

Praktik oplos itu juga terjadi karean pasar tradisional tidak memiliki fasilitas gudang pendingin yang memadai. Namun, daging kerbau beku yang seharusnya dijual murah jadi mahal karena dioplos dengan daging segar.

Di sisi lain, Yudi memaparkan, penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Pedagang Daging Indonsia (APDI) di DKI Jakarta tahun 2017 menunjukkan, 55 persen pedagang memiliki akan menjual daging kerbau impor karena faktor keuntungan.

Yudi menegaskan, kondisi tersebut harus diperhatikan karena  berdampak pada para peternak lokal yang tak bisa mendapatkan insentif jika para pedagang menjual daging sapi dengan dicampur.

"Ini harus dipahami karena kita lihat tingginya impor ini mengambil alih daripada pangsa pemotongan sapi lokal di Indonesia. Feedlotter juga akan menurunkan pasokannya karena memang akan sangat tersaingi oleh daging-daging impor," katanya.

Selain merugikan rantai industri sapi dalam negeri, konsumen juga turut dirugikan karena tak dapat membedakan antara daging sapi dan kerbau impor. Oleh karena itu, Yudi meminta pemerintah agar bisa membuat segmentasi pasar untuk masing-masing jenis daging serta sumber dalam negeri atau impor.

Ia mengatakan, konsumen daging harian hampir dipastikan merupakan golongan mampu dan akan membayar lebih mahal untuk kepuasan yang dicari. Sebaliknya, jika ingin mendapatkan yang lebih murah, daging beku bisa menjadi pilihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement