REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham-saham Asia diprediksi akan menguat pada perdagangan Selasa (9/3). Sebagian besar dibantu oleh prospek pemulihan global dan pengesahan rancangan undang-undang stimulus AS sebesar 1,9 triliun dolar AS, mengguncang sesi Wall Street yang beragam setelah penurunan besar pada saham teknologi.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada Senin (8/3) bahwa paket bantuan virus corona Presiden Joe Biden akan menyediakan cukup sumber daya untuk mendorong pemulihan ekonomi AS yang sangat kuat, dan mencatat ada alat-alat untuk menangani inflasi. Terlepas dari isyarat positif, investor tetap berkonflik mengenai apakah stimulus akan membantu pertumbuhan global pulih lebih cepat dari penurunan Covid-19 atau menyebabkan ekonomi terbesar di dunia menjadi terlalu panas dan menyebabkan inflasi yang tak terkendali.
Meskipun pasar berjangka menunjukkan pembukaan yang lebih tinggi di seluruh Asia, Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets, mengatakan masih banyak ketidakpastian.
"Apa yang akan menentukan hasil hari ini adalah keseimbangan antara pembelian untuk perdagangan reflasi dan penjualan (saham) teknologi", katanya.
Indeks acuan S&P/ASX 200 Australia naik 0,92 persen di awal perdagangan, indeks berjangka Nikkei 225 Jepang naik 0,36 persen, indeks berjangka Hang Seng Hong Kong menguat 0,68 persen dan indeks berjangka E-mini untuk S&P 500 naik 0,55 persen.
Di Wall Street, Dow menguat sementara Nasdaq merosot lebih dari 2,0 persen. Nasdaq menandai penurunan lebih dari 10 persen sejak penutupan tertinggi 12 Februari, mengonfirmasikan koreksi pada nilai indeks.