REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membidik peluang pasar ekspor udang sebesar dua juta ton melalui pengoptimalan tambak-tambak terlantar di seluruh Indonesia. Saat ini volume pasar ekspor masih 857 ribu ton.
"Kami menargetkan dua juta ton per tahun pada 2024," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya KKP Sjarief Widjaja dalam paparan ilmiah Rakernas Hipmi di Jakarta, Sabtu (6/3).
Kondisi budi daya udang di Indonesia saat ini bertumpu pada sistem budi daya intensif, semi intensif, dan tradisional dengan luas lahan 300 ribu hektare yang memproduksi 857 ton udang per tahun. Proyeksi budi daya tahun 2024 dengan target dua juta ton terletak pada lahan tambak seluas 311 ribu hektare.
Pemerintah menggaet minat swasta untuk terlibat membangun tambak-tambak modern menggunakan sistem progresif, terintegrasi silvofisheries, maupun millenial shrimp farming. Nilai produk pasar perikanan dunia saat ini tercatat mencapai 162 miliar dolar per tahun.
Pasar udang adalah yang terbesar dengan nilai 24 miliar dolar AS. "Indonesia berada di posisi ketujuh dunia, ekspor udang 239 ribu ton dengan nilai pasar 2 miliar dolar AS," kata Sjarief.
Untuk mencapai target produksi dua juta ton udang dalam kurung waktu empat tahun, kini pemerintah mulai memilih tambak-tambak terlantar untuk dikelola menjadi kawasan tambak estate, membangun infrastruktur, jalan produksi, irigasi tandon, benih unggul, pakan hingga memastikan sumber air terbaik.
Selain itu, pemerintah juga melakukan negosiasi bea masuk dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa guna memastikan adanya penurunan tarif untuk produk ekspor asal Indonesia. "Kami sekarang sedang mengunci untuk tarif biaya masuk ke Amerika Serikat, Uni Eropa, segala macam kami coba turunkan tarif-tarif biaya masuk supaya harga udang kompetitif," kata Sjarief.