REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- BUMN konstruksi PT Amarta Karya menargetkan pendapatan sebesar Rp 1,5 triliun pada tahun ini. Direktur Utama Amarta Karya Nikolas Agung SR mengatakan, saat ini perusahaan merombak strategi dengan mengandalkan kemitraan strategis sebagai motor dalam melipatgandakan pendapatan.
"Peningkatan pendapatan perusahaan akan diraih dari tender-tender yang diselenggarakan pemerintah, total potensi pasarnya diperkirakan mencapai Rp 4.759 triliun hingga 2024 nanti," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (25/2).
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 dan Rancangan Rencana Strategis Kementerian PUPR 2020-2024, pembangkit listrik tercatat mempunyai potensi hingga Rp 1.121 triliun, residensial dan komersial berkisar Rp 780 triliun, dan bandara sekitar Rp 36 triliun. Merujuk dari data tersebut, Nikolas optimistis target peningkatan pendapatan tahun ini dapat dicapai perusahaan, meski industri konstruksi tak luput dari terjangan pandemi Covid-19.
Menurutnya, perusahaan akan lebih gencar dalam menerapkan strategi bisnis yang lebih inovatif dan efektif agar tetap dapat mencapai target yang ditetapkan. "Kemitraan strategis menjadi salah satu strategi kunci untuk mengonversi peluang situasi yang sarat tantangan ini," ucapnya.
Ia mengatakan, perusahaan tidak hanya memposisikan diri sebagai kontraktor, namun juga mitra bagi pelanggan dalam menyelesaikan ragam masalah melalui realisasi proyek-proyek. "Kami harus lebih mendekatkan diri pada pelanggan dan mampu menjadi mitra problem solver bagi mereka. Strategi ini kami sebut dengan project creation strategy," ucapnya.
Saat ini, Amarta Karya sedang menggarap sejumlah proyek dengan strategi tersebut, di antaranya pembangunan main bridge Jalan Tol Trans Sumatera ruas Sigli-Banda Aceh dan pembangunan rusun Pulo Jahe-Jakarta Timur bersama Dinas Perumahan Rakyat dan Pemukiman Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan kerja sama dengan PT LG Electronics Indonesia dalam hal heating, ventilation, and air conditioning (HVAC).
Perusahaan kini mempunyai empat lini bisnis utama, termasuk jasa konstruksi gedung, jasa konstruksi infrastruktur, EPC, dan manufaktur. "Kami perlu menciptakan bisnis baru yang bisa memperkuat empat bisnis utama tersebut," katanya.