REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beras impor yang didatangkan Bulog pada tahun 2018 lalu masih tersisa hingga saat ini. Wakil Direktur Utama Bulog, Gatot Trihargo mengatakan, masih terdapat sisa beras impor sebanyak 318 ribu ton.
"Tahun 2018 kita harusnya impor beras 2 juta ton, tapi yang datang 1,8 juta ton. Dari stok itu masih ada 381 ribu ton," kata Gatot dalam webinar Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Kamis (25/2).
Gatot mengatakan, saat itu beras impor yang didatangkan dari sejumlah negara direncanakan habis. Namun, lantaran pemerintah menghapus program Beras Sejahtera (Rastra) untuk bantuan sosial masyarakat yang disediakan oleh Bulog, sisa beras impor itu harus menjadi stok hingga saat ini.
Meski sudah berumur lebih dari tiga tahun, Gatot mengatakan, kualitas beras tersebut tetap dijaga Bulog agar tidak turun mutu. Hal itu melalui pemrosesan ulang dengan mencampurnya dengan beras yang baru.
"Ini akan kami reprocessing, kita blending. Jadi 60 persen beras baru, 40 persen beras lama, saya sudah coba tiap hari dan bagus," kata Gatot.
Menurutnya, beras impor yang tersisa itu berasal dari Thailand dan Vietnam. Beras dari kedua negara itu diklaim Gatot memiliki kualitas bagus meski pera. "Dicampur supaya dia lebih pulen dan tidak apek. Ini kita jadikan beras medium," katanya menambahkan.
Dikarenakan kualitas beras yang terjaga, ia memastikan Bulog tidak akan melakukan disposal beras seperti yang terjadi pada awal tahun lalu. Seperti diketahui, Bulog sempat menempuh langkah disposal terhadap 20 ribu ton beras karena mengalami turun mutu.
Bulog, kata dia, juga sudah memiliki fasilitas gudang yang mumpuni sehingga bisa menyimpan beras lebih optimal agar kualitas terjaga. "Gudang kita bagus semua dan terjaga, tidak ada (beras) yang busuk," ujarnya.