Rabu 10 Feb 2021 06:15 WIB

Sandiaga Buka Peluang Visa Lima Tahun Bagi Wisatawan Asing

Rumusan ini disebut second home visa khusus bagi WNA yang ingin tinggal lama

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (14/1/2021). Rapat tersebut beragendakan penyampaian program-program unggulan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (14/1/2021). Rapat tersebut beragendakan penyampaian program-program unggulan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tengah mempersiapkan kebijakan visa jangka panjang untuk wisatawan mancanegara yang ingin berkegiatan lama di Indonesia. Hal itu sebagai salah satu solusi dalam memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sekaligus membuka peluang investasi asing.  

Wacana tersebut diketahui baru dibahas bersama Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Senin (8/2) sebagai kementerian terkait yang memiliki wewenang dalam keimigrasian.“Jadi dengan beberapa ketentuan kita bisa membuka peluang investasi dan peluang visa lima tahun untuk wisatawan mancanegara yang ingin berkegiatan di Indonesia,” kata Sandiaga dalam keterangan resmi Kemenparekraf, Selasa (9/2).

Sandiaga mengatakan, rumusan itu disebut second home visa dan dikhususkan bagi warga negara asing yang ingin berkegiatan dalam jangka waktu lama di Indonesia.

Selain second home visa, lanjut Sandiaga, pihaknya juga membahas mengenai relaksasi bagi warga negara anggota ASEAN (Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara) yang telah memiliki kesepakatan travel bubble atau travel corridor arrangement dengan prinsip reciprocal serta bagi pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. “Hal ini juga untuk menghormati Treaty of Amity and Cooperation in ASEAN yang sudah disepakati bersama,” katanya.

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Baparekraf, Kurleni Ukar menyampaikan, perlu segera dilakukan kajian bersama dan evaluasi mengenai Kebijakan Bebas Visa Kunjungan. Sementara itu, Deputi Bidang Pemasaran, Nia Niscaya, menekankan pentingya data Country of Residence dan maksud kunjungan untuk penyusunan strategi pemasaran.

Menparekraf Sandiaga juga membahas mengenai perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) bagi pelaku ekonomi kreatif. Terutama perlindungan HKI bagi pelaku ekonomi kreatif yang berada di lima destinasi super prioritas (DSP).

Menteru Hukum dan Ham, Yasonna Laoly, menuturkan, pihaknya akan mempererat kerjasama dengan Kemenparekraf untuk memajukan dan mengembangkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Tanah Air.

“Kami berharap hubungan ini dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan pariwisata dan ekonomi kreatif serta meningkatkan devisa negara kita dari sektor ini. Dari sekarang kita mulai mempersiapkan langkah-langkah untuk menuju pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia,” ujar Yasonna.

Sebagai informasi, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sepanjang (wisman) sepanjang tahun 2020 mengalami penurunan turun tajam hingga 75 persen menjadi 4,02 juta. Jumlah itu jauh lebih rendah dibanding capaian 2019 yang mencapai 16,10 juta kunjungan.“Sektor pariwisata masih akan menghadapi tantangan berat selama pandemi Covid-19 yang belum terkontrol,” kata Kepala BPS, Suhariyanto dalam kesempatan berbeda.

Ia menjelaskan, sepanjang tahun lalu, kedatangan wisman didominasi dari wilayah Afrika yang sebesar 83,77 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sebaliknya, wilayah Asia di luar ASEAN merupakan yang terendah yakni sebesar 69,57 persen terhadap total kunjungan.

Adapun berdasarkan kebangsaan, kunjungan wisman selama Januari–Desember 2020 paling banyak datang dari Timor Leste sebanyak 1,01 juta kunjungan atau 25,03 persen. Selanjutnya diikuti Malaysia sebanyak 978.840 kunjungan atau 24,33 persen, Singapura 277.470 kunjungan atau 6,90 persen, Australia sebanyak 251.190 ribu kunjungan atau 6,24 persen, dan China sebanyak 235.640 kunjungan atau setara 5,86 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement