Jumat 05 Feb 2021 16:09 WIB

Mesin Ekstraksi Minyak Atsiri Pertama Asal Bandung

Mesin ekstraksi minyak atsiri pertama di Indonesia buatan Bandung sudah diuji coba.

Mesin ekstraksi minyak atsiri pertama di Indonesia karya anak bangsa buatan alumni ITB Bandung, Jawa Barat.
Foto: Istimewa/Imam Mudzakkir
Mesin ekstraksi minyak atsiri pertama di Indonesia karya anak bangsa buatan alumni ITB Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Mesin super critical fluid extraction (SCFE) untuk memproduksi minyak atsiri yang pertama di Indonesia sukses dibuat di Bandung. Mesin SCFE buatan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Deddy Soepangkat Noor ini sudah diuji coba menggunakan berbagai bahan tanaman, seperti pala, jahe merah, kopi, akar wangi, dan kelapa.

Minyak atsiri adalah cairan dari ekstrak tumbuhan yang diyakini bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dalam dunia medis, minyak atsiri biasa digunakan dalam pengobatan aromaterapi.

Menurut Deddy Soepangkat, proses pembuatan mesin SCFE ini memakan kurang lebih tiga tahun. Beberapa kali dilakukan uji coba dan baru kali ini dinilai berhasil. Eksperimentasinya pun dilakukan terus menerus, mulai dari pemilihan tanaman perkebunan yang akan diolah serta perlakuannya. "Sebab, meski buah yang akan diproses jenisnya sama, tapi dari daerah asal yang berbeda, maka hasil minyaknya akan berbeda," kata Deddy dalam rilis kepada Republika.co.id, Jumat (5/2).

Mesin SCFE buatan alumni ITB angkatan 1984 ini adalah mesin ekstraksi berteknologi tinggi yang berfungsi sebagai pengekstrak berbagai bahan tanaman hasil perkebunan dengan menggunakan gas karbondioksida (CO2) sebagai pelarut. Mesin ini, kata Deddy, juga menggunakan tekanan tinggi dan suhu tertentu untuk mencapai titik kritis dari pelarutnya. Tujuannya agar diperoleh hasil yang benar-benar sama dengan bahan aslinya tanpa kontaminasi air dan panas.

Pada Jumat (29/1/2021) lalu, Dirjen Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam beserta rombongan menyaksikan mesin penghasil minyak esensial karya anak bangsa ini di Bandung, Jawa Barat. Kunjungan diawali dengan diskusi material logam yang digunakan untuk membuat mesin bertekanan CO2 itu serta cara mengoperasikannya.

photo
Mesin ekstraksi minyak atsiri pertama di Indonesia karya anak bangsa buatan alumni ITB Bandung, Jawa Barat. - (Istimewa/Imam Mudzakkir)

Menurut pegiat atsiri dan vetiver Indonesia yang juga hadir dalam kunjungan ini, Doyo Sudaryat, mesin SCFE ciptaan anak bangsa ini mengagumkan. Hal ini karena untuk menghasilkan mesin proses bertekanan tinggi tidaklah mudah.

Dalam diskusi itu, Khayam menyampaikan dukungan bagi pengembangan mesin tersebut. Dia berharap mesin SCFE ini bisa terus dikembangkan guna membantu pemulihan ekonomi nasional melalui tumbuhnya industri minyak atsiri. "Bisa dibantu mulai dari pengujian produknya," kata Khayam.

Ketua Satgas Pangan Ikatan Alumni ITB Jawa Timur, Imam Mudzakkir mengatakan, mesin SCFE buatan anak bangsa ini yang pertama di Indonesia dan mirip seperti yang di Inggris dan Jerman. "Khususnya di Indonesia, kita yang pertama mengingat pembuatan mesin ini membutuhkan pengetahuan tentang material logam, fisika, kimia, dan matematis selain biaya yang cukup tinggi," kata Imam.

Menurut Imam, manfaat mesin SCFE ini untuk mengambil saripati hampir semua bahan baku yang mengandung hidrokarbon dengan hasil yang sama persis dengan sifat asli dari bahan baku yang diproses. Dia berharap semakin banyak anak bangsa yang mau mempelajari dan mengembangkan lebih lanjut mesin ekstraksi ini agar Indonesia mampu mandiri mengahasilkan bahan-bahan berkualitas tinggi.

photo
Minyak esensial hasil olahan mesin ekstraksi pertama di Indonesia karya anak bangsa buatan alumni ITB Bandung, Jawa Barat. - (Istimewa/Imam Mudzakkir)

"Sehingga Indonesia tidak lagi menjual ke luar negeri bahan bakunya, tetapi dijual dalam bentuk yang jauh lebih bernilai ketimbang bahan baku. Diharapkan teknologi ini mampu bertumbuh kembang dan menjadi bagian penting dalam perolehan devisa negara," katanya.

Adapun nilai investasi mesin ini sangat bergantung pada kapasitas produksi yang akan dicapai. Demikian pula dengan revenue yang ditargetkan dari industri dengan basis ini akan mampu menurunkan ketergantungan dari luar negeri sekitar 20 persen dari total impor yang pernah ada. "Mesin SCFE ini akan memajukan industri farmasi herbal dan kuliner nusantara sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional," kata Imam.

Hasil pengembangan mesin ini ke depan diharapkan muncul produk-produk berkualitas yang mampu bersaing di pasar global terutama dalam bidang pangan, farmasi, dan aromatik. Apalagi, kata Imam, minyak atsiri ini diyakini bermanfaat bagi penderita Covid-19. "Dalam diskusi kami, tiga tetes minyak pala nano dicampur air hangat bisa membantu meringankan penderita Covid," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement