REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Mandiri (Persero) Tbk mengaku masih belum berminat mengembangkan neo bank karena bank BUMN ini memilih meneruskan strategi pengembangan bank organik melalui sistem digital. “Kami tidak akan serta merta latah untuk masuk juga ke neo bank,” kata Direktur Teknologi Informasi Rico Usthavia Frans dalam jumpa pers virtual kinerja triwulan IV-2020 di Jakarta, Kamis (28/1).
Pihaknya melakukan kajian meliputi sejumlah aspek di antaranya regulasi, teknologi, organisasi, SDM, branding, dan ekosistem. Dari sisi kajian regulasi, lanjut dia, lisensi antara bank umum biasa dan neo bank sepenuhnya menjadi kewenangan dari regulator.
Sedangkan dari sisi teknologi, bank BUMN ini juga menggenjot pengembangan digital. Sementara itu, dari sisi SDM, Rico menjelaskan jika ada neobank, Bank Mandiri akan tetap memberikan pengembangan kepada sumber daya manusia.
Kemudian dari sisi branding dan ekosistem, lanjut dia, Bank Mandiri memiliki jumlah nasabah yang tak sedikit sehingga memiliki daya tawar yang cukup.
Bank Mandiri, kata dia, memiliki dua anak perusahaan yang didukung pengembangan digital dengan segmentasi bisnis berbeda. Dua perusahaan anak itu yakni Bank Syariah Mandiri (BSM) yang saat ini sedang merger bersama dua bank syariah BUMN lain menjadi Bank Syariah Indonesia dengan fokus bidang syariah.
Satu lagi, lanjut dia, Bank Mantap dengan fokus bisnis pensiunan sehingga keduanya digarap dengan digitalisasi bank, baik dari produk dan proses bisnis bank.