REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham-saham di Wall Street menguat pada akhir perdagangan Selasa (12/1). Wall Street terangkat keuntungan yang solid di sektor energi menyusul kenaikan harga minyak.
Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 60,00 poin atau 0,19 persen, menjadi ditutup di 31.068,69 poin. Indeks S&P 500 naik tipis 1,58 poin atau 0,04 persen, menjadi menetap di 3.801,19 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup menguat 36,00 poin atau 0,28 persen, menjadi 13.072,43 poin.
Enam dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor energi melonjak 3,5 persen, memimpin kenaikan. Sedangkan sektor layanan komunikasi tergelincir 1,5 persen, menjadikannya kelompok dengan kinerja terburuk.
Imbal hasil obligasi AS menguat dan saham berkapitalisasi kecil Russell 2000 berakhir naik 1,8 persen pada rekor tertinggi, setelah berkinerja baik sepanjang sesi, bersama dengan sektor siklikal keuangan dan energi, yang sangat bergantung pada ekonomi yang kuat untuk pertumbuhan.
Pedagang bertaruh bahwa Presiden AS Joe Biden, seorang Demokrat, akan mengantarkan stimulus fiskal yang lebih kuat dan bahwa peningkatan distribusi vaksin Virus Corona akan meningkatkan ekonomi, menurut Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas di Wedbush Securities di Los Angeles.
“Keuangan dan (saham) siklikal telah menjadi bintang untuk memulai tahun ini,” kata James. Dengan kemenangan Biden datanglah ekspektasi stimulus.
Tetapi beberapa investor mengatakan mereka berhati-hati menjelang musim laporan laba. Investor juga mencermati perkembangan di Washington setelah pendukung Presiden AS Donald Trump menyerbu Capitol minggu lalu.
Ketika Demokrat bergerak untuk memakzulkan Trump karena menghasut amukan mematikan minggu lalu, Trump pada Selasa membantah melakukan kesalahan dengan mengatakan bahwa komentar publiknya pada hari serangan itu "sangat tepat." Selain itu Washington Post melaporkan bahwa kantor FBI di Virginia mengeluarkan peringatan internal sehari sebelum invasi Capitol bahwa para ekstremis berencana datang ke Washington dan berbicara tentang 'perang'.
"Laporan ini menyoroti fakta bahwa masih banyak masalah di negara ini dan kami memiliki banyak kemajuan yang harus dibuat sebelum kami benar-benar dapat melangkah maju,” kata Kepala Strategi Pasar JonesTrading, Michael O'Rourke, di Stamford, Connecticut.
Investor khawatir perusahaan media sosial seperti Twitter Inc dan Facebook Inc dapat berada di bawah pengawasan regulasi yang meningkat, menurut O'Rourke. Serangan Capitol menyoroti pengaruh mereka setelah mereka harus melarang Trump dari platform mereka sebagai akibatnya, kata dia.