REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak beragam pada akhir perdagangan Senin (11/1), setelah kenaikan kuat pada pekan lalu. Karantina wilayah yang ketat di seluruh dunia memperbarui kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar global. Dolar AS yang lebih kuat juga menekan harga.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret, terpangkas 33 sen menjadi menetap di 55,66 dolar AS per barel, setelah memantul dari terendah sesi 54,99 dolar AS. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik tipis satu sen, menjadi ditutup di 52,25 dolar AS per barel.
"Kekhawatiran baru tentang permintaan karena jumlah kasus baru corona yang sangat tinggi dan pembatasan mobilitas lebih lanjut, ditambah dolar AS yang lebih kuat, menghasilkan tekanan jual," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.
Kasus virus corona di seluruh dunia telah melampaui 90 juta, menurut penghitungan Reuters. Terlepas dari karantina nasional yang ketat, Inggris menghadapi minggu-minggu terburuk pandemidan di Jerman kasus-kasus masih meningkat.
China Daratan mengalami peningkatan harian terbesar dalam infeksi virus dalam lebih dari lima bulan, kata pihak berwenang, ketika infeksi baru meningkat di Hebei, yang mengelilingi ibu kota, Beijing. Di Shijiazhuang, ibu kota provinsi dan pusat penyebaran baru, orang dan kendaraan dilarang pergi, ketika pihak berwenang berusaha mengendalikan penyebaran.