REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali menegaskan pentingnya pemasangan teknologi Ultra Super-critical (USC) pada PLTU berkapasitas besar. Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar menyebutkan, penerapan teknologi USC telah masuk dalam peta jalan (road map) penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor energi.
PLTU USC yang kini sedang dibangun antara lain, PLTU Jawa 9 & 10, PLTU Jawa Tengah (Batang), dan PLTU Jawa 4 (Tanjung Jati B), kesemuanya berstandar negara-negara maju dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).
“Bukan sebagai standar, tapi semacam roadmap (peta jalan.red) penggunaan PLTU di Indonesia,” ungkapnya kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (9/1).
Sebelumnya, Wanhar pernah menjelaskan bahwa teknologi USC termasuk Clean Coal Technology (CCT) atau teknologi batu bara, yang dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) karena memiliki efisiensi sebesar 40 persen. USC juga menghasilkan intensitas emisi GRK lebih rendah dari PLTU lainnya, seperti PLTU Subcritical dan PLTU Supercritical.
“Arti dari efisiensi 40 persen itu adalah kemampuan dari PLTU USC untuk mengkonversi sebanyak 40 persen dari setiap energi yang terkandung di dalam batu bara yang digunakan oleh PLTU USC menjadi energi listrik (kWh),” jelasnya.