Ahad 03 Jan 2021 17:16 WIB

Tren Digital Makin Marak, Kantor Cabang Masih Dibutuhkan

Transaksi melalui channel digital dari tahun ke tahun terus meningkat.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Sepanjang semester I 2020, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat perbankan telah mengurangi 132 kantor. Hal ini seiring tren digitalisasi terlebih akibat pandemi, yang membuat kehadiran kantor cabang juga semakin berkurang.
Foto: REPUBLIKA
Sepanjang semester I 2020, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat perbankan telah mengurangi 132 kantor. Hal ini seiring tren digitalisasi terlebih akibat pandemi, yang membuat kehadiran kantor cabang juga semakin berkurang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang semester I 2020, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat perbankan telah mengurangi 132 kantor. Hal ini seiring tren digitalisasi terlebih akibat pandemi, yang membuat kehadiran kantor cabang juga semakin berkurang.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk misalnya telah mencatat sebesar 12 persen dari seluruh jumlah transaksi offline para nasabah di kantor cabang. Per semester I 2020, sebanyak 49 kantor cabang telah ditutup.

Baca Juga

“Peningkatan jumlah transaksi terbesar pada channel digital yang dari tahun ke tahun meningkat dengan baik. Hal ini menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk mengurangi transaksi yang dilakukan melalui kantor-kantor cabang,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (3/1).

Meskipun berkurang, Aestika mengatakan ekspansi jaringan secara fisik akan dilakukan perseroan melalui agen BRILink. Tercatat jaringan BRILink BRI sebanyak 430 ribu pada kuartal tiga 2020 serta meningkat pesatnya penggunaan BRIMo (mobile banking BRI).

Selain lewat agen BRILink, Aestika juga bilang perseroan berupaya mengembangkan infrastruktur digital untuk menggaet nasabah. Hal ini terlihat dari kenaikan transaksi e-channel BRImo sebesar 901,1 persen dan internet banking sebesar 120,4 persen pada kuartal tiga 2020.

“Situasi new normal mendorong adanya perubahan cepat atas perilaku nasabah dalam menggunakan channel perbankan yang terdapat shifting transaksi dari konvensional ke digital,” ucapnya.

Menurutnya beberapa tahun terakhir trend peningkatan transaksi melalui channel e-channel (digital) cukup signifikan, namun keberadaan kantor cabang tetap masih diperlukan. Hal ini dikarenakan masih banyak aktivitas perbankan lain yang dilakukan di kantor/outlet BRI. 

“Hal ini menjadi bagian strategi pelayanan service excellence BRI, sehingga perpaduan keduanya tetap dibutuhkan dalam memenuhi karakter nasabah Indonesia,” ucapnya.

Ke depan, perseroan melihat meningkatnya transaksi digital, tentu saja alokasi anggaran BRI untuk meningkatkan jasa layanan digital banking BRI meningkat. 

“Berbagai inisiatif digital yang dikembangkan untuk menjawab kebutuhan pasar di antaranya super apps BRImo, Brispot, BRI Digital Saving, dan lainnya,” ucapnya.

Sementara PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengatakan perseroan telah mengurangi jumlah kantor cabang seluruh Indonesia atau sekitar 700 kantor pada tahun lalu. “Saat ini kisaran para nasabah yang ke kantor cabang hanya lima persenan,” ujar Plt Direktur Utama BTN Nixon L P Napitupulu.

Nixon merinci saat ini transaksi didominasi layanan e channels 95 persen terdiri Mobile Banking, Internet banking, ATM dibanding melalui kantor cabang sebesar lima persen. Namun dia menilai keberadaan kantor cabang masih diperlukan untuk layanan-layanan yang memang belum dilayani melalui digital.

“Masih diperlukan untuk aktivitas/pertemuan fisik, misal utk Loan service, spt signing, pengambilan dokumen kredit, juga untuk nasabah yang memang karakteristiknya lebih menyukai ke social/physical service,” ucapnya.

Ke depan perseroan masih menganggarkan belanja modal infrastruktur digital. Hal ini untuk memperluas ekspansi pada perkuatan transaksi-transaksi berbasis digital pada kisaran 70 persen sampai 80 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement