REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk mendorong porsi EBT dalam bauran energi. Salah satu dengan memaksimalkan EBT dalam semua sistem kelistrikan operasional perusahaan.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina berupaya agar konsumsi listrik untuk operasi dapat menggunakan EBT. Pertamina akan membangun PLTS di seluruh fasilitas produksi dan distribusi.
Dia menjelaskan, dalam mengembangkan energi terbarukan, strategi Pertamina dimulai dari pasar internal. Sebab, PT Pertamina Power Indonesia (PPI), Subholding Listrik dan Energi Terbarukan Pertamina, yang ditugasi mengembangkan energi hijau ini merupakan perusahaan baru.
Dengan menggarap pasar internal, kemampuan PPI diharapkan semakin kuat dan mampu membantu pengembangan energi terbarukan nasional. "Dengan memulai dari lingkungan kami sendiri dan dengan kapasitas cukup, kami harapkan daya saing bisa terjadi karena skala bisnisnya terpenuhi," kata Nicke, Jumat (18/12).
Pertamina telah memiliki rencana mengembangkan etanol dan metanol untuk mengurangi konsumsi bensin. Metanol bakal diperoleh dari gas yang diproduksi di blok migas yang dikelola. Sementara etanol akan ditambahkan sebagai hasil dari gasifikasi batu bara, selain dimetil eter (DME), sehingga keekonomian proyek bisa membaik.
"Pekerjaan rumah yang diberikan ke kami bagaimana suplai etanol ini bisa diproduksikan di dalam negeri. "Jadi kami komposisikan 15 persen metanol dari gas dan 5 persen dari gasifikasi batu bara," ungkap Nicke.
Selain itu, Pertamina terus meningkatkan distribusi biodiesel untuk menekan konsumsi solar. Setelah sukses dengan biodiesel 30 persen (B30), Pertamina bersama Balitbang Kementerian ESDM tengah menguji B40 dan akan selesai pada kuartal pertama 2021. Pertamina juga terus mendorong produksi green diesel di kilangnya.
Untuk opsi lain dari minyak mentah, lanjut Nicke, perseroan juga mengembangkan biocrude dari mikroalga bersama Universitas Gajah Mada.