REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro melihat tata kelola garam dalam negeri perlu dibenahi. Ia mengatakan dengan perbaikan tata kelola garam dalam negeri maka, Indonesia bisa terbebas dari impor garam.
Ia menjelaskan perlu adanya integrasi dari hulu sampai hilir soal tata kelola garam ini. Bambang menjelaskan memang untuk garam konsumsi produksi dalam negeri sudah mencukupi. Namun, untuk garam industri negara masih bergantung pada impor.
"Pertama, teknologi garam industri terintegrasi. Karena itu terkait dengan pangan. Meskipun garam konsumsi sudah dipenuhi dalam negeri, garam industri itu sangat dibutuhkan," ujar Bambang, Kamis (19/11).
Bambang menjelaskan garam industri banyak digunakan oleh industri PVC, Pipa Plastik dan juga industri pengolahan makanan. Selama ini, mereka masih bergantung pada impor.
Padahal, kata Bambang produksi petani garam sebenarnya berlebih. Namun, untuk kadar memang masih belum masuk dalam kebutuhan garam industri. Jika ini bisa dikelola dengan baik, maka produksi garam dari para petani garam bisa terserap dengan baik.
"Dan teknologi garam industri terintegrasi ini bisa meningkatkan garam rakyat yang NaCl rendah sekitar 90 persen, menjadi NaCl 97 persen lebih yang sesuai kategori garam industri, dan bisa diserap langsung oleh pabrik pengolahan makanan, dan otomatis mengurangi ketergantungan kita terhadap impor garam," ujar Bambang.