REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan moda transportasi lintas rel terpadu (light rapid transit/LRT) Jabodebek sudah hampir 80 persen. Tahun ini, konstruksi sipil diharapkan rampung di jalur utama dan selanjutnya mengejar progres terkait pembangunan stasiun.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Prasarana LRT Jabodebek tahap 1 Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Ferdian Suryo Adhi mengatakan, tahun depan fokus utamanya di sistem persinyalan di mana PT Len Industri adalah salah satu menjadi subkontraktor utamanya.
"Len Industri harus betul-betul mengejar progres agar LRT dapat mulai beroperasi tepat waktu," ujar Ferdian dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (12/11).
Ferdian menyampaikan, progres pembangunan berjalan baik. Len Industri sudah terbukti dalam bekerja sama puluhan tahun di bidang perkeretaapian. Ferdian berpesan, dengan adanya sistem moving block yang dikembangkan diharapkan bisa membawa Len Industri kembali ke tujuan awalnya dengan tidak hanya melakukan instalasi, tapi juga bisa mengembangkan sistem atau produknya sendiri.
Dengan begitu, suatu hari nanti secara internasional produk Len Industri bisa diakui dan dipergunakan meluas tidak hanya di Indonesia, bahkan ke Asia hingga Eropa.
"Kolaborasi 4 BUMN yakni Adhi Karya, Len Industri, INKA, dan KAI sekarang ini sudah bagus. Mengejar tahapan seperti saat ini pun sudah bagus dan sudah jauh lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya," ucap Ferdian.
Ke depannya, Ferdian mengharapkan kolaborasi seperti ini semakin baik karena sistem yang akan dipergunakan di LRT adalah moving block. Sistem moving block tidak hanya memiliki interkoneksi sinyal dan prasarana tapi juga integrasi dengan pergerakan kereta, buka tutupnya pintu PSD (Platform Screen Doors), pintu kereta, termasuk jika saat kondisi darurat harus bisa memutus aliran listrik menggunakan blue light station atau emergency cut-off.
"Itu adalah integrasi yang bisa dicapai dengan baik jika kerja sama keempat BUMN berjalan saling mendukung," kata Ferdian.