REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelolaan dana menjadi hal yang penting di masa resesi. Pengamat senior Pasar Modal, Budi Hikmat mengatakan investasi menjadi suatu keharusan di masa krisis, terutama saat kondisi negara kekurangan likuiditas.
"Segala macam investasi perlu untuk diversifikasi, tinggal tentukan masing-masing porsinya," kata dia dalam Workshop Perbankan Syariah bertema “Memacu Literasi Keuangan Syariah Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional”, Senin (5/10).
Ia mengatakan masa krisis adalah saat yang baik untuk berinvestasi. Dengan catatan, investor perlu memperhatikan fundamental dari instrumen investasi, baik itu di saham, obligasi, properti, emas, maupun lainnya.
Misal di saham, secara rata-rata saham yang tercatat di bursa mengalami kontraksi signifikan kalau dibandingkan dengan awal tahun ini. Dampak yang sangat berat ke kinerja dan prospek kinerja.
Pilih emiten dengan selektif dan cermat, mana yang memiliki fundamental dan prospek di masa depan. Bagaimana emiten tersebut terkena dampak dan bagaimana ia merespons dampak tersebut.
"Selain memiliki berbagai instrumen investasi, juga tingkatkan proteksinya dan pertumbuhan asetnya," katanya.
Ia mengakui dalam 10 tahun terakhir, kinerja terbaik investasi itu bukan pada indeks bursa saham melainkan index SBN. Namun demikian, investor juga perlu teliti dalam mengamati risiko kredit dan kondisi pasar secara keseluruhan.
Jika memungkinkan investasi hingga ke luar negeri karena ada negara yang sangat kuat di digital ekonominya. Sektor ini akan menjadi primadona di masa depan.
Budi menambahkan perlunya menganalisis perkembangan ekonomi makro ke depan. Masa-masa menantang diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga setidaknya tahun depan.
"Biasa akhir tahun adalah masa hijau, tapi tetap ada sentimen dari Pilpres AS, juga presidennya yang positif Covid-19, lalu tahun depan ada peringatan 100 tahun partai Komunis China," katanya.
Maka bagi milenial, sangat perlu untuk menata kehidupan secara menyeluruh, mulai dari keuangan hingga prospek pekerjaan di masa depan. Literasi menjadi ujung tombak dari pengelolaan kehidupan agar tetap mampu bertahan meski krisis.