Jumat 02 Oct 2020 14:05 WIB

Industri Batik Didorong Manfaatkan Teknologi

Sejumlah negara sudah gunakan teknologi dalam memproduksi batik berjumlah besar.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pelaku industri batik memanfaatkan teknologi. Tujuannya agar semakin berdaya saing.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pelaku industri batik memanfaatkan teknologi. Tujuannya agar semakin berdaya saing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pelaku industri batik memanfaatkan teknologi. Tujuannya agar semakin berdaya saing. 

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai, teknologi telah mengubah perilaku manusia dalam menghasilkan produk. "Setiap perkembangan teknologi selalu menjanjikan kemudahan, efisiensi, serta peningkatan produktivitas," ujar Agus di Jakarta pada Jumat (2/10).

Ia menambahkan, berbagai jenis pekerjaan sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar. Sekarang relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin otomatis.

“Hal itu juga terjadi di industri batik. Batik yang merupakan bagian dari industri tesktil dan busana, menjadi salah satu sektor prioritas dalam implementasi Peta Jalan Making Indonesia 4.0, tentu dengan tetap mempertahankan nilai-nilai keunggulannya,” tutur dia. 

Beberapa negara bahkan telah menggunakan teknologi dalam memproduksi batik secara masif. Dengan begitu banyak produk batik dari luar negeri membanjiri pasar dunia serta masuk pasar Indonesia.

“Ini sangat disayangkan, bagian dari hal yang destruktif industri, yang harus kita cermati,” katanya. 

Agus melanjutkan, saat ini Kemenperin telah mengembangkan aplikasi Batik Analyzer untuk membedakan produk batik asli dan tiruan batik. Sebagai informasi, batik analyzer merupakan suatu aplikasi yang dapat diinstal pada mobile phone yang berbasis Android dan iOS yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi Artificial Intelegence (AI) yaitu machine learning yang sesuai implementasi industri 4.0. Meski saat ini bangsa Indonesia masih dihadapkan pada kondisi yang jauh dari ideal untuk menjalankan aktivitas karena pandemi Covid-19, bukan berarti produktivitas dan kreativitas harus berhenti.

Industri batik diharapkan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan dengan cara berpikir kreatif dan inovatif. Hal itu melalui pemanfaatan teknologi dan optimalisasi sumber daya yang ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement