REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mendorong perbankan merealisasikan open banking atau digitalisasi layanan perbankan kepada nasabah secara terbuka. Hal itu bertujuan agar bisnisnya tidak ketinggalan karena kini menjadi kebutuhan pada masa pandemi Covid-19.
“Bank yang tidak melakukan digital banking atau open banking tentu saja model bisnisnya akan ketinggalan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam diskusi daring yang diadakan Infobank di Jakarta, Selasa (29/9).
Bank sentral ini sejak Mei 2019 mendorong open banking sebagai bagian Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025. Melalui open banking atau digitalisasi perbankan itu, kata dia, layanan bank bisa disambungkan dengan platform digital lain, di antaranya perusahaan teknologi keuangan (fintech) hingga perusahaan perdagangan daring atau e-commerce melalui Application Programming Interface (API), sehingga memberikan kemudahan layanan transaksi kepada nasabah.
Dalam kesempatan itu Perry juga memaparkan empat aspek yang perlu cermati perbankan dalam mengembangkan open banking. Yaitu, transformasi infrastruktur teknologi yakni semua sistem layanan perbankan saling terkoneksi misalnya terkait tresuri, kredit, hingga dana yang tersambung dengan data terkait dana, nasabah hingga petugas bank.
Aspek kedua, lanjut dia, membangun gudang data dari berbagai sistem informasi yang dimiliki bank di antaranya meliputi metadata deposan dan debitur.
“Apakah metadata itu juga sudah dibangun dengan artificial intelligent, big data analytical, harus dikembangkan untuk mengolah berbagai data sehingga bisa berguna,” imbuh Gubernur BI.
Selanjutnya, aspek terkait pengembangan model bisnis berdasarkan sistem teknologi informasi dan metadata yang dimiliki bank hingga memberikan layanan interaktif secara daring dengan nasabah.
Dengan begitu, semua layanan yang dulunya eksklusif diberikan kepada nasabah tertentu, kini dengan open banking, semua nasabah mendapatkan kesempatan yang sama khususnya layanan bank yang personal.
“Sehingga dulu nasabah harus ke bank buka rekening atau mengajukan kredit, sekarang banyak dilakukan hanya dengan jari melalui gadget. Inilah kenapa pelayanan perbankan meningkat,” katanya.
Aspek terakhir yakni mengubah pola pikir yang dilakukan dari jajaran level tertinggi perusahaan hingga bawahan dalam melalukan transformasi.
“Kalau pimpinan, para CEO, direksi mendrive dan di bawah milenial itu siap, middle manager harus mengubah mindset, mereka tahu bisnis perbankan tapi masalah kemampuan digital perlu terus dilakukan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.