Rabu 09 Sep 2020 02:00 WIB

Jasa Raharja: Asuransi Perlu Adopsi Teknologi Digital

Aplikasi memberikan dampak baik terhadap pendapatan Jasa Raharja.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Direktur Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi PT Jasa Raharja, Wahyu Wibowo, mengatakan adopsi teknologi digital diperlukan untuk membantu meningkatkan performa perusahaan asuransi selama masa pandemi. Jasa Raharja sendiri telah memiliki aplikasi mobile JRku sejak tahun lalu.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Direktur Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi PT Jasa Raharja, Wahyu Wibowo, mengatakan adopsi teknologi digital diperlukan untuk membantu meningkatkan performa perusahaan asuransi selama masa pandemi. Jasa Raharja sendiri telah memiliki aplikasi mobile JRku sejak tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi PT Jasa Raharja, Wahyu Wibowo, mengatakan adopsi teknologi digital diperlukan untuk membantu meningkatkan performa perusahaan asuransi selama masa pandemi. Jasa Raharja sendiri telah memiliki aplikasi mobile JRku sejak tahun lalu.

Wahyu mengaku, pendapatan perusahaan melalui aplikasi tersebut menunjukkan kinerja yang positif dari waktu ke waktu. "Dengan mengadopsi teknologi digital, pendapatan kami melalui aplikasi meningkat," kata Wahyu dalam acara webinar MarkPlus Industry Roundtable, Selasa (8/9).

Sampai dengan Agustus 2020, Wahyu mengungkapkan, akumulasi penerimaan melalui aplikasi mobile JRku mencapai Rp4,30 miliar dengan 1.073 transaksi dari 12.921 kendaraan. Adapun junlah tersebut berasal dari pembayaran program perlindungan kendaraan umum serta pembayaran jaminan keamanan. 

Wahyu mengakui, pandemi Covid-19 ini berpengaruh besar terhadap pendapatan perusahaan secara agregat. Menurutnya, banyak nasabah yang mengalami kesulitan pembayaran karena terdampak Covid-19. 

Sebagai informasi, sepanjang semester pertama tahun ini Jasa Raharja membukukan laba bersih sebesar Rp 495,55 miliar. Perolehan tersebut turun 34,21 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 753,25 miliar. 

Penurunan laba tersebut seiring dengan menurunnya premi bruto perusahaan pada semester pertama 2020 sebesar 10,19 persen menjadi Rp 1,85 triliun Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan masih membukukan premi Rp 2,06 triliun.

Untuk meningkatkan performa, menurut Wahyu, diperlukan kreativitas untuk menjangkau nasabah yang lebih luas. "Kita harus bertransformasi melayani masyarakat yang sedang dalam kebutuhan," tuturnya. 

Di sisi lain, perusahaan juga terus meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak seperti kepolisian, rumah sakit, BPJS hingga Taspen. Hal ini akan membantu mempercepat pencairan klaim kepada nasabah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement