REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, akan menahan suku bunga tetap rendah. Meski laporan data pekerjaan AS pada Agustus lalu mulai menunjukkan perbaikan, The Fed melihat trend kenaikannya masih cenderung melambat.
"Kami pikir kondisi ke depan akan lebih sulit, banyak sektor yang masih terimbas secara langsung oleh pandemi, seperti sektor pariwisata, perhotelan, perjalanan dan hiburan," kata Gubernur The Fed, Jerome Powell dikutip Reuters, Senin (7/9).
Di sisi lain, jutaan masyarakat AS masih kehilangan pekerjaan karena diberhentikan sepihak oleh perusahaan. Menurut Powell, kebijakan suku bunga rendah ini akan sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan ekonomi, bahkan untuk jangka waktu yang lama.
The Fed memangkas suku bunga mendekati nol pada Maret lalu. Bank sentral tersebut juga telah meluncurkan serangkaian program pinjaman untuk mendukung kegiatan bisnis dan rumah tangga. Bank sentral juga membeli puluhan miliar obligasi setiap bulannya untuk menjaga pasar tetap stabil.
The Fed mengisyaratkan tidak akan menaikkan suku bunga hanya karena pasar tenaga kerja membaik. The Fed menargetkan inflasi naik di atas dua persen untuk menutupi periode suku bunga yang terlalu rendah.
"Kami tidak akan menarik dukungan yang menurut kami dibutuhkan perekonomian secara prematur. Kita harus melakukan semua yang kita bisa sebagai negara untuk melindungi masyarakat," kata Powell.