REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan mengebut penyelesaian proyek 35 GW. Meski begitu, porsi PLTU masih mendominasi dibandingkan energi baru terbarukan (EBT).
Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini merinci porsi dari proyek 35 GW tersebut 48 persen PLTU. Sedangkan PLTG sebesar 22 persen dan EBT sebesar 30 persen. Dari proyek ini, PLN akan menggarap 28 persen dari total proyek. Sedangkan IPP akan mengerjakan sebesar 43 persen dan kerjasama IPP dan anak usaha akan mengerjakan 17 persen proyek.
“Sesuai RUPTL 2019-2028 program 35.000 MW dan 7.000 MW direncanakan selesai pada tahun 2023,” kata Zulkifli di DPR, Selasa (25/8).
Progres 35.000 MW masih dalam tahap pengadaan dan perencanaan, serta Power Purchase Agreement (PPA) yang belum dimulai pengerjaan fisiknya sebesar 27,6 persen.
“Artinya sudah lebih dari program tersebut dimulai pembangunan fisiknya, sementara yang sudah benar-benar beroperasi 23,9 persen,” ujar Zul.
Sementara, untuk progress pembangkit listrik 7.000 MW ia mengatakan realisasinya sudah 94 persen sudah dilakukan Sertifikat Laik Operasi (SLO).
“6 persen lainnya atau setara 458 MW masih dalam progress konstruksi, artinya keseluruhan program tersebut secara fisik sudah dikerjakan dan bahkan sebagian besar sudah beroperasi,” kata dia.