REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo optimistis sektor pertanian tak akan terdampak jika Indonesia mengalami resesi ekonomi. Pasalnya, sektor pertanian menjadi kebutuhan yang tidak pernah putus karena berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan.
"Pertanian memang dari pengalaman saya, dari resesi ke resesi yang ada tidak pernah terganggu terlalu besar. Dampaknya ada, tapi paling tidak masih dibutuhkan orang. Tidak ada yang tidak butuh makan," kata Syahrul dalam webinar Sekolah Politik Indonesia, Kamis (13/8) malam.
Kendati demikian, Syahrul membuka ruang bagi para stakeholder untuk ikut memberikan saran kepada pemerintah dalam mengamankan sektor pertanian dan pangan. Peran akademisi dari lembaga perguruan tinggi juga dinanti pemerintah dalam pertimbangan kebijakan di masa pandemi.
"Kita butuh kebersamaan dan pikirian kita semua. Pertanian pasti menjadi penyelamat dari dampak Covid-19 yang susah diprediksi," kata Syahrul.
Ketahanan sektor pertanian, kata Syahrul, salah satunya tercermin dari kinerja ekspor pertanian sepanjang semester I 2020 yang tetap tumbuh 9,6 persen. Sementara sektor migas, industri pengolahan, serta sektor tambang dan lainnya mengalami pertumbuhan minus.
"Ekspor mulai pulih. Dampak awal dari pertanian itu waktu terjadi lockdown di mana-mana, di berbagai negara, ekspor kita 1 bulan pertama, Maret-April terasa. Tetapi sekarang pelan-pelan tumbuh," terang Syahrul.
Adapun soal stok beras, Syahrul memastikan pasokan dalam negeri masih aman. Sebab, hingga posisi akhir Juni 2020 Indonesia mengalami surplus stok beras 3,86 juta ton. Adapun saat ini, stok masih tersedia dan terdapat panen di sebagian daerah. Namun di sebagian daerah lain, musim tanam telah dipercepat.