REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta menilai pemerintah perlu meningkatkan upaya mendorong investasi di sektor pertanian. Ini mengingat sektor tersebut tetap tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19.
BPS merilis sektor pertanian berkontribusi sebesar 15,46 persen pada struktur pertumbuhan PDB Indonesia di triwulan II-2020. Nilai kontribusi ini meningkat dari periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 13,57 persen.
"Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa sektor pertanian cukup resilien selama masa krisis seperti pandemi Covid-19. Saat kinerja sektor lain terhambat akibat implementasi PSBB dan berbagai pembatasan, sektor pertanian dan rantai pasoknya dikecualikan dari PSBB," kata Felippa di Jakarta, Rabu (5/8).
Selain itu, data BPS juga menunjukkan bahwa sektor ini merupakan satu-satunya sektor yang mengalami pertumbuhan di antara lima sektor terbesar di Indonesia, yaitu industri (-6,19 persen), perdagangan (-7,57 persen), konstruksi (-5,39 persen) dan pertambangan (-2,72 persen).
Pertumbuhan positif ini merupakan capaian yang bagus di saat pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 5,3 persen di triwulan II tahun ini. Sektor pertanian sendiri menunjukkan pertumbuhan 2,19 persen (year on year).
Felippa menyebutkan ada beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan sektor pertanian. Pertama, sektor pertanian memproduksi makanan sebagai kebutuhan primer sehingga permintaan cenderung tetap stabil. Untuk beberapa komoditas yang bukan makanan pokok seperti peternakan, ada penurunan sebesar 1,83 persen dibandingkan tahun 2019. Namun, untuk komoditas pertanian lainnya tetap meningkat.
Kedua, sektor pertanian juga cenderung lebih mudah beradaptasi dengan protokol kesehatan dibandingkan dengan sektor lain. Kegiatan di sawah dan lingkungan terbuka dan kemampuan menjaga jarak saat bertani membuat resiko penularan COVID-19 di sektor pertanian secara umum lebih rendah dibanding sektor lainnya.
Selain itu, pandemi juga membuat banyak orang yang beralih ke sektor pertanian. Hal ini terbukti dari sub sektor jasa pertanian dan perburuan yang meningkat 2,36 persen (yoy) yang dilansir di rilis BPS. Sebagai contoh, warga Bali yang terpukul perekonomiannya karena tutupnya sektor pariwisata beralih ke pertanian.
Untuk itu, dibutuhkan peningkatan investasi ke sektor pertanian untuk menjaga dan mendorong pertumbuhan sektor ini. Asian Development Bank mencatat investasi di sektor pertanian Indonesia sebesar Rp 400 triliun yang sebagian besar berasal dari petani di 2016.
Investasi asing hanya menyumbang kurang dari 5 persen. Masuknya investasi, kata Felippa, dapat membantu membentuk sektor pertanian yang resilien dan berkelanjutan melalui pendanaan riset dan pengembangan, teknologi, maupun pengembangan kapasitas sumber daya masyarakat.
Selain investasi, Felippa mengingatkan pentingnya mencermati dan mengatasi krisis iklim yang merupakan ancaman dari kelangsungan sektor pertanian.
Krisis iklim, yang dampaknya antara lain adalah perubahan cuaca, cuaca ekstrim seperti banjir atau kemarau berkepanjangan, dan penurunan kualitas tanah akan mempengaruhi sektor pertanian, mempengaruhi masa tanam, metode tanam dan juga panen.