Selasa 04 Aug 2020 06:40 WIB

Ekonomi Zona Euro Alami Kontraksi Terdalam

Kontraksi ekonomi Zona Euro sedikit lebih dalam dibandingkan ekspektasi pasar.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Uni Eropa.
Foto: EPA/Patrick Seeger
Bendera Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Ekonomi zona euro mencatat rekor kontraksi terdalam pada kuartal kedua. Di sisi lain, tingkat inflasi kawasan mengalami kenaikan yang tidak terprediksi pada Juli.

Pada periode April hingga Juni, Produk Domestik Bruto (PDB) di blok yang mencakup 19 negara ini menyusut 12,1 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Data tersebut disampaikan kantor statistik Uni Eropa Eurostat dalam estimasi terbaru yang dirilis Jumat (31/7).

Baca Juga

Eurostat menyebutkan, penurunan PDB ini menjadi yang terdalam sejak kantor statistik mulai pencatatan pada 1995. Kontraksi tidak terlepas dari kebijakan lockdown untuk menekan laju penyebaran virus corona (Covid-19) yang baru dilonggarkan pada Mei.

Kontraksi di Zona Euro sedikit lebih dalam dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan penyusutan 12,0 persen. penurunan ini mengikuti tren penyusutan PDB sebesar 3,6 persen yang tercatat pada kuartal pertama tahun ini.

Di antara negara-negara yang mencatatkan data pertumbuhan ekonomi, Spanyol mengalami kontraksi PDB terburuk. Ekonominya menyusut 18,5 persen dari kuartal ke kuartal, lebih buruk dari yang diprediksi. Realisasi tersebut memusnahkan semua pemulihan pasca krisis keuangan dalam enam tahun terakhir.

PDB di Italia dan Prancis juga turun tajam, namun lebih baik dibandingkan proyeksi. Sementara Italia menyusut 12,4 persen, Prancis kontraksi 13,8 persen. Jerman sebagai ekonomi terbesar kedua di blok Zona Euro mengalami kontraksi 10,1 persen pada kuartal kedua, lebih buruk dari ekspektasi awal, penurunan sembilan persen.

Sementara itu, inflasi terus menunjukkan tren kenaikan, bertentangan dengan ekspektasi perlambatan, namun sejalan dengan proyeksi Bank Sentral Eropa.

Eurostat mengatakan, harga konsumen di Zona Euro naik 0,4 persen secara tahunan pada Juli dari 0,3 persen di bulan sebelumnya dan 0,1 persen pada Mei. Realisasi bulan lalu lebih baik dibandingkan proyeksi para ekonom yang disurvei Reuters, yakni kenaikan 0,2 persen.

Tekanan pada harga-harga dasar juga mengalami akselerasi. Jika mengecualikan harga pangan dan energi yang fluktuatif sebagai kunci utama yang dipantau ECB, inflasi naik 1,3 persen dari 1,1 persen pada Juni.

Untuk perhitungan lebih sempit yang tidak memasukkan komponen alkohol dan tembakau, inflasi bahkan melonjak menjadi 1,2 persen dari 0,8 persen pada Juni.

Akselerasi inflasi utama didorong oleh kenaikan harga barang industri yang naik 1,7 persen, setelah tumbuh 0,2 persen pada Juni. Harga makanan, alkohol dan tembakau naik dua persen pada tahun ini, tetapi melambat dari kenaikan 3,2 persen yang tercatat pada Juni. Sedangkan, harga energi turun 8,3 persen pada Juli, setelah jatuh 9,3 persen pada bulan sebelumnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement