REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) saat ini tengah menghitung revisi target kinerja pada tahun ini. Hal tersebut dilakukan karena pandemi Covid-19 berdampak kepada kelangsungan bisnis AP II setelah penurunan drastis jumlah penumpang dan trafik penerbangan.
“Kita memang akan melakukan usulan revisi. Tapi belum kita keluarkan angkanya,” kata Direktur Utama AP II saat berkunjung ke kantor Republika, akhir pekan kemarin.
Awaluddin mengatakan saat ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemegang saham juga memberikan ruang. Meskipun begitu, dia menuturkan Kementerian BUMN juga memiliki standar formulasi yang menjadi landasan AP II dalam menetapkan revisi target kinerja tahun ini.
Dalam gambaran umum, Awaluddin mengatakan AP II akan mengoreksi target kinerja 2020 sebesar 40 persen. “Cukup besar memang sehingga kalau itu terjadi kita juga harus siap-siap,” tutur Awaluddin.
Awaluddin menegaskan, target kinerja tersebut dari sisi bisnis inti AP II yaitu trafik penerbangan atau bisnis aero. Sementara itu, AP II juga saat ini memiliki sumber pendapatan nonaero.
“Kami sedang mencari jalan kalau bisnis aero nya kita koreksi sampai 40 persen berarti nonaero bisnisnya harus jadi pengganti,” ujar Awaluddin.
Pada dasarnya, Awaluddin mengatakan AP II akan melakukan asset rebalancing. Dia mengatakan untuk aset yang ideal akan dilakukan utilisasi dan return nya akan didorong maksimal.
Sebelumnya, AP II menargetkan pendapatan pada tahun ini bisa mencapai Rp 12,8 triliun. Selain itu, jumlah penumpang di 19 bandara yang dikelola juga sebelumnya ditargetkan mencapai 93,92 juta penumpang.
Sayangnya akibat pandemi Covid-19 yang juga melanda Indonesia, trafik penerbangan dan penumpang turun signifikan. Akibat penurunan tersebut AP II menyiapkan tiga skema prediksi yakni best scenario, bad scenario, dan worst scenario.
Dalam best scenario, trafik mulai meningkat September 2020 dan AP II memprediksi 38 juta penumpang hingga akhir 2020. Pada skema prediksi bad scenario, trafik penerbangan mulai membaik pada Oktober 2020 maka AP II diperkirakan melayani sekitar 34 juta penumpang. Lalu pada skema prediksi terburuk worst scenario yakni tahapan pemulihan terjadi pada November 2020 dan diperkirakan hanya 29 juta penumpang yang dilayani AP II pada tahun ini.