REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Samsung Electronics Co akan menghentikan operasional pabrik terakhirnya di China. Raksasa teknologi Korea Selatan ini mengatakan pada hari Sabtu (1/8), untuk mengalihkan produksinya dari negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Samsung memikirkan kembali produksi dan rantai pasokan mereka di tengah meningkatnya biaya tenaga kerja China, perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang berkelanjutan, dan pukulan dari pandemi Covid-19.
Sekitar setengah dari 1.700 karyawan pada kontrak di Samsung Electronics Suzhou Computer akan terpengaruh, kecuali mereka yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan. South China Morning Post melaporkan pada Jumat (31/7), mengutip pemberitahuan kepada staf Samsung.
"Pabrik di China mengirimkan barang senilai 4,3 miliar dolar AS pada tahun 2012, angka yang turun menjadi satu miliar dolar AS pada tahun 2018," kata koran Hong Kong tersebut.
Seorang juru bicara Samsung menolak untuk mengomentari pendapatan dan pengiriman terbaru pabrik, juga detail nasib karyawannya. Perusahaan menyatakan, China tetap menjadi pasar yang penting bagi Samsung dan akan terus menyediakan produk dan layanan superior bagi konsumen China.
Samsung menutup pabrik ponsel pintar terakhirnya di China tahun lalu. Fasilitas yang tersisa termasuk dua lokasi pabrik semikonduktor di Suzhou dan Xi'an.