Selasa 28 Jul 2020 16:58 WIB

Pemerintah Fokus Pulihkan Wisatawan Domestik

Pasca pandemi akan terjadi persaingan di sektor wisata antar negara

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Petugas melakukan proses verifikasi lapangan di Villa Kayu Raja, Seminyak, Badung, Bali, Selasa (28/7/2020). Verifikasi oleh tim yang dibentuk Pemerintah Kabupaten Badung tersebut menilai penerapan berbagai aspek standar dan prosedur pencegahan COVID-19 guna memastikan kesiapan industri jasa akomodasi pariwisata hotel dan villa menjelang pembukaan sektor pariwisata Pulau Dewata bagi wisatawan domestik dan mancanegara.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petugas melakukan proses verifikasi lapangan di Villa Kayu Raja, Seminyak, Badung, Bali, Selasa (28/7/2020). Verifikasi oleh tim yang dibentuk Pemerintah Kabupaten Badung tersebut menilai penerapan berbagai aspek standar dan prosedur pencegahan COVID-19 guna memastikan kesiapan industri jasa akomodasi pariwisata hotel dan villa menjelang pembukaan sektor pariwisata Pulau Dewata bagi wisatawan domestik dan mancanegara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan tahap pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif bisa dimulai pada Oktober 2020 mendatang. Waktu pemulihan diprediksi paling cepat hingga tahun 2021.

Pelaksana Tugas Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Frans Teguh, mengatakan, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan domestik, fokus utama tetap dengan terus membangun fisik destinasi wisata dan mengembalikan kepercayaan konsumen demi menumbuhkan minat berwisata.

"Local tourism, kita fokus dalam negeri. Tingkatkan kepercayaan wisatawan sehingga terjadi pergerakan pariwisata nusantara. Mungkin ini berlangsung satu hingga dua tahun ke depan," kata Frans dalam Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2020, Selasa (28/7).

Kendati demikian, pihaknya menyadari bahwa pasca pandemi Covid-19 bakal terjadi persaingan yang ketat di sektor pariwisata antar negara. Oleh karena itu, meski fokus pada wisatawan domestik, kegiatan promosi wisata Indonsia di pasar global tetap dilakukan.

Namun, ia menekankan pemerintah tak lagi mengejar kuantitas atau jumlah kunjungan wisatawan. Kualitas wisatawan dan pariwisata premium dinilai lebih menguntungkan dan perlu mendapatkan perhatian pemerintah. Di satu sisi, konsumen ke depan akan memperhatikan aspek keberlanjutan suatu destinasi sehingga wajib dipersiapkan sejak dini.

"Kita betul-betul mendorong peningkatan kualitas pariwisata kita. Sebab bagaimanapun akan ada perubahan pola pelaku pasar. Ini tentu juga butuh investasi baru," katanya.

Frans menegaskan, pariwisata dan ekonomi kreatif bisa pulih kembali jika wabah virus corona bisa teratasi dengan baik. Sebab, parekraf sangat rentan terhadap faktor-faktor eksternal, termasuk masalah kesehatan yang menjadi persoalan dunia saat ini.

Meskipun kecil kemungkinan grafik positif Covid-19 kembali ke titik nol, setidaknya grafi penambahan positif bisa melandai. Oleh sebab itu, rencana pembukaan sejumlah destinasi wisata perlu dilakukan hati-hati dan bertahap sebelum masa pemulihan dimulai pada Oktober nanti.

"Harus terus upayakan mitigasi dan minimalisasi penyebaran. Kita tidak ingin sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi klaster baru penyebaran Covid-19," ujarnya.

Mengutip data terakhir Badan Pusat Statistik, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) kurun Januari-Mei 2020 hanya 2,9 juta orang. Angka itu turun tajam hingga 53,36 persen dibanding kurun waktu yang sama tahun 2019.

Hal serupa terjadi pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) yang juga menjadi indikator pariwisata. Pada Mei 2020, TPK hanya mencapai 14,45 persen jauh di bawah Mei 2019 sebesar 43,53 persenn dan Mei 2018 yang tembus 53,86 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement