Kamis 23 Jul 2020 09:39 WIB

Pelni Efisiensi Penggunaan BBM

Komponen biaya terbesar untuk pengoperasian kapal berasal dari belanja BBM.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni melakukan efisiensi penggunaan bahan bakar minyak.
Foto: Foto: Humas Ditjen Hubla
PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni melakukan efisiensi penggunaan bahan bakar minyak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni melakukan efisiensi penggunaan bahan bakar minyak. Direktur Armada Pelni Tukul M Harsono mengatakan komponen biaya terbesar untuk pengoperasian kapal berasal dari belanja BBM yang mencapai lebih dari 50 persen.

“Dalam rangka efisiensi pemakaian BBM kami sudah melakukan lompatan dalam hal pengawasan dan pengendalian konsumsi BBM,” kata Tukul dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (23/7).

Baca Juga

Saat ini, Pelni mendapatkan suplai BBM dari PT Pertamina (Persero). Untuk pengendalian konsumsi BBM, Tukul mengatakan Pelni melakukan pengembangan informasi dan teknologi (IT), khususnya untuk kapal-kapal penumpang yang mengambil porsi konsumsi terbesar.

Tukul menjelaskan, jika dalam 10 tahun Pelni mengoperasikan 26 kapal dengan jarak tempuh mencapai 114.012 mil maka pemakaian BBM sekitar 13,5 juta liter per voyage. Artinya, kata dia, rata-rata pemakaian sebesar 118 liter per mil.

Saat ini, lanjut Tukul, pemakaiannya BBM sekitar 8,9 juta liter per voyage dengan jarak tempuh 105.220 mil. “Artinya pemakaian rata-rata 85 liter permil sehingga terdapat penurunan rata-rata sebesar 27 persen. Jadi bisa dihitung besaran efisiensi yang dapat kami lakukan,” ungkap Tukul.  

Tukul mengatakan, meskipun membeli BBM dengan harga subsidi sesuai Perpres Nomor 191 Tahun 2014, upaya efisiensi akan terus dilakukan. Dia mengatakan hal tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang terus diperbarui dan tetap mengedepankan standar keamanan pelayaran internasional.

Terlebih, dalam kondisi pandemi Covid-19, Tukul mengatakan upaya melakukan efisiensi biaya operasional menjadi langkah penting karena berdampak terhadap bisnis perusahaan. Sejak Covid-19 merebak di Indonesia pada pertengahan Maret 2020, Tukul mengatakan sejumlah pemerintah daerah mengambil langkah pencegahan dengan menutup akses pelabuhan bagi aktivitas kapal penumpang, termasuk kapal Pelni.

Akibatnya sebanyak 50 pelabuhan pada akhirnya menutup aktivitas. “Penutupan pelabuhan ini tentu dapat kami maklumi sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19,” ujar Tukul.

Hanya saja, bagi Pelni hal tersebut berdampak pada operasional dan finansial yang menuntut penyesuaian cepat dan mengambil langkah strategis. Untuk itu, Tukul mengatakan penyesuaian operasional dilakukan dari sisi armada kapal yang mengambil porsi terbesar dari biaya perkapalan perusahaan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement