REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM mencatat realisasi produksi emas nasional pada semester pertama tahun ini anjlok. Tercatat, pada semester pertama ini, produksi emas nasional baru 9,98 ton.
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Irwandi Arif menjelaskan, rata-rata produksi emas nasional per tahun sekitar 100 ton. Dari total produksi tersebut, sekitar 80 persen dikontribusikan oleh Freeport. Sisanya, berasal dari sekitar 20-an perusahaan tambang emas lain. Namun karena produksi PTFI juga anjlok maka memengaruhi produksi emas nasional.
“Freeport belum bisa normal sampai akhir tahun, tentu hal ini akan berdampak pada produksi emas nasional, tapi saya kira tidak jauh dari 100 ton,” kata Irwandy, Senin (20/7).
Saat ini, Freeport dalam masa transisi dari tambang terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah (underground). Freeport McMoRan Inc menyebutkan, sepanjang kuartal I 2020, realisasi penjualan emas turun 40,85 persen menjadi 139 ribu ons troi dibandingkan periode yang sama 2019 sebesar 235 ribu ons troi.
Penurunan produksi juga dialami PT Agincourt Resources, anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR). Agincourt hingga April 2020 telah memproduksi 113 ribu ons setara emas, turun dibanding periode Januari-April tahun lalu sebesar 133 ribu ons setara emas. Berdasarkan laporan operasional United Trators per April 2020, produksi emas Agincourt mencapai level tertinggi pada Januari yakni 36 ribu ons setara emas.
Untuk produksi terendah tercatat pada periode April sebesar 18 ribu ons setara emas. Produksi emas Agincourt berasal dari tiga pit existing, yakni Purnama, Ramba Joring dan Barani di Tambang Emas Martabe, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Menurut Irwandi, kondisi sektor minerba akibat Covid-19 sampai April 2020 masih tumbuh. Namun yang perlu dikhawatirkan adalah pada Mei sampai akhir tahun 2020. Pasalnya, berbagai aktivitas masyarakat, termasuk industri pertambangan mulai terdampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak ditemukannya kasus positif corona pertama pada Maret 2020.
“Sejak Mei sampai akhir 2020 penurunan yang terjadi sekitar 20 persen baik dari segi produksi maupun pendapatan. Ini sudah diprediksi bersama baik oleh Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan,” kata dia.
Pandemi Covid-19 juga ikut berpengaruh terhadap harga komoditas mineral juga mengalami penurunan, kecuali emas. “Emas terus naik, sekarang mencapai 1.800 dolar per ons troi. Ini satu-satunya komoditas yang tidak alami penurunan harga,” kata Irwandi.
Kontribusi sektor pertambangan pada penerimaan pajak di 2019 mencapai Rp 66,1 triliun atau 5,3 persen dari total penerimaan. Sementara dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp 45 trilun. Adapun produk domestik bruto (PDB) sektor pertambangan 2019 terhadap total PDB nasional mencapai 4,7 persen.