REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan strategi agar Indonesia terhindar dari resesi seperti yang dialami Singapura. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang diprediksi minus 4,3 persen pada kuartal kedua 2020.
“Kuartal kedua itu puncak dari pandemi khususnya April dan Mei 2020, kita bersama mencegah wabah dengan PSBB,” katanya ketika mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (16/7).
Adapun strategi itu sinergi kuat antara BI, pemerintah, otoritas terkait dan dunia usaha di antaranya dengan menerapkan protokol kesehatan ketika membuka sektor ekonomi agar tetap produktif tapi tetap aman. Strategi kedua, kata dia, mempercepat realisasi anggaran untuk mendorong pemulihan ekonomi yang merupakan salah satu fokus pemerintah.
“Di sinilah sinergi, ekspansi moneter BI dan akselerasi stimulus fiskal pemerintah itu diperkuat,” katanya.
Caranya, lanjut dia, dengan pembelian surat berharga negara (SBN) dari pasar perdana baik melalui mekanisme pasar atau secara langsung (private placement) dan pendanaan APBN oleh BI. Bank sentral ini hingga 14 Juli 2020 sudah membeli SBN di pasar perdana mencapai Rp36,69 triliun melalui skema lelang utama, greenshoe option dan private placement.
BI, kata dia, melakukan pendanaan untuk public goods sebesar Rp396 triliun. Selain itu, BI dan pemerintah berbagi beban atau burden sharing dalam pendanaan dalam mendorong sektor UMKM dan korporasi.
“Dana dari penerbitan SBN dari pasar tapi BI menanggung biaya, sebagiannya pemerintah bebannya adalah reverse repo rate dikurangi satu persen, BI itu sisanya,” katanya.
Strategi ketiga, lanjut dia, percepatan proses restrukturisasi kredit kepada dunia usaha. Perry menyebutkan berdasarkan laporan bulanan perbankan hingga Juni 2020, total kredit yang sudah direstrukturisasi mencapai Rp871,6 triliun.
Starategi terakhir, lanjut dia, yakni digitalisasi sistem pembayaran mulai dari penyaluran bantuan sosial, transaksi pemerintah daerah, hingga transportasi.
Dengan langkah tersebut, ia optimis ekonomi Indonesia tidak masuk resesi hingga akhir tahun ini dan pada triwulan ketiga pertumbuhan ekonomi akan membaik karena sejumlah indikator pada Juni ini mengalami perbaikan.
Sejumlah indikator mengalami perbaikan seperti penjualan ritel, purchasing manager’s index (PMI) dan ekspektasi konsumen dan indikator domestik lainnya,” katanya.