REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana melakukan redenominasi rupiah. Mata uang nasional akan disederhanakan dengan mengurangi jumlah nol tanpa mengurangi nilainya.
Menurut Direktur Riset Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah rencana tersebut dapat meningkatkan martabat nilai rupiah. Sebab selama ini jumlah nol pada mata tukar rupiah terkesan tidak bernilai.
“Urgent tidak urgent karena ini masalah martabat uang kita. Selama ini mengatakan rupiah kita tidak bernilai, nolnya panjang banget kalau mau ke luar negeri mau tukar uang rupiah hampir tidak ada, hanya di negara-negara Asean saja diperjualbelikan,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (9/7).
Piter menyebut Indonesia harus menjaga martabat nilai rupiah. Maka itu wacana redenominasi perlu digaungkan sejak awal.
“Banyak sekali negara yang sudah melakukan redenominasi dan perlu diingat yang disebut pergantian mata uang nasional menjadi euro itu prosesnya panjang,” ucapnya.
Bahkan, Piter menyebut di tengah krisis ekonomi wacana redenominasi merupakan hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Setidaknya setelah pandemi Covid-19 selesai maka sudah dimulai persiapan redenominasi seperti edukasi dan pencetakan uang.
“Karena semuanya harus banyak dipersiapkan. Pembahasannya akan lama tidak akan selesai satu bulan atau dua bulan meski selama ini masyarakat sudah melakukan redenominasi tanpa sadar,” ucapnya.