Rabu 08 Jul 2020 15:03 WIB

Ekonomi Eropa Diproyeksi Terkontraksi Lebih Dalam

Krisis akibat Covid-19 lebih serius dari perkiraan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Bendera Uni Eropa. Komisi Eropa menyebut negara kawasan Eropa diproyeksikan mengalami kontraksi 8,3 persen di 2020 dan diikuti pertumbuhan hingga 5,8 persen pada 2021.
Foto: EPA
Bendera Uni Eropa. Komisi Eropa menyebut negara kawasan Eropa diproyeksikan mengalami kontraksi 8,3 persen di 2020 dan diikuti pertumbuhan hingga 5,8 persen pada 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Ekonomi negara-negara Eropa akan menghadapi resesi yang lebih dalam akibat Covid-19. Komisi Eropa menyebut negara kawasan Eropa diproyeksikan mengalami kontraksi 8,3 persen di 2020 dan diikuti pertumbuhan hingga 5,8 persen pada 2021. 

Baca Juga

Dibandingkan prediksi sebelumnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa pada 2020 di kali ini lebih suram dengan pemulihan di 2021 yang melambat. Mei lalu, Komisi Eropa memproyeksikan ekonomi Eropa akan kontraksi 7,5 persen tahun ini dan dan tumbuh hingga enam persen di 2021.

Dengan periode lockdown yang jauh lebih lama pada kuartal II 2020, ekonomi diperkirakan akan mengalami kontraksi yang lebih besar dibandingkan pada kuartal pertama. Komisi Eropa melihat, pukulan terhadap ekonomi begitu kuat sehingga pemulihan parsial pada paruh kedua tahun ini tidak akan mampu mengangkat tingkat pertumbuhan tahunan secara signifikan.

"Grafik menunjukkan seberapa jauh kita menjauh dari jalur pertumbuhan yang kita harapkan sebelum pandemi terjadi," kata komisaris ekonomi Uni Eropa, Paolo Gentiloni, dikutip Xinhua, Selasa (7/7).

Menurut Gentiloni, tren serupa diamati dalam ekonomi dunia. Pada kuartal pertama 2020, ekonomi dunia di luar Uni Eropa diperkirakan telah mengalami kontraksi lebih dari tiga persen. Hal tersebut karena dampak dari langkah-langkah pencegahan penyebaran Covid-19 di China selama kuartal pertama 2020. 

Pada kuartal kedua, ekonomi dunia menurun jauh lebih dalam karena pandemi Covid-19 menyebar di berbagai belahan dunia. Infeksi harian yang masih meningkat di tingkat global merupakan pertanda buruk bagi perekonomian dunia.

"Krisis ini lebih serius dari yang kami perkirakan," ucap Gentiloni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement