REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) (PPI) terus mendorong ekspor komoditas lokal, terutama dari para petani, UMKM, dan nelayan. PPI juga menjaga kualitas produk yang diekspor agar memberi efek positif
Direktur Utama PPI Fasika Khaerul Zaman, mengatakan komoditas kopi dari berbagai petani kopi di seluruh Indonesia sudah beberapa kali diekspor dan segera akan di re-ekspor. Pun dengan komoditas UMKM arang batok yang saat ini dalam proses re-ekspor setelah sempat vakum karena pandemi Covid-19.
PPI telah beberapa kali melakukan ekspor kopi ke Mesir dan Taiwan. PPI berupaya menjaga kualitas ekspor terbaik, hasil dari biji kopi pilihan dengan pengawasan ketat dan kualitas green bean yang baik. PPI juga memerhatikan waktu dan teknik panen buah kopi yang tepat, teknik pengolahan buah kopi pascapanen yang tepat.
"Selain kopi, mitra PPI lainnya adalah pengrajin arang batok. PPI membidik peluang ekspor arang batok (coconut charcoal) yang merupakan produk turunan utama kelapa," ungkap Fasika di Jakarta, Jumat (3/7).
Fasika menyebut potensi kelapa Indonesia sebagai produsen nomor satu dunia perlu dimanfaatkan dengan memperkuat hilirisasi produk-produk turunan kelapa. Hilirisasi dapat memberikan nilai tambah langsung ke petani serta memperluas akses pasarnya.
Untuk produk hortikulutura, PPI saat ini dalam persiapan pola tanam sebagai offtaker hasil petani Lembang dan Garut. Produk dari para petani rencananya PPI ekspor ke Singapura dan negara Asia lainnya.
Fasika melanjutkan, tuna dan hasil ikan laut pun merupakan hasil nelayan Tanah Air yang komoditinya PPI ekpsor pada awal 2020. PPI juga memiliki graha ekspor yang merupakan rumah bagi UMKM Indonesia yang siap ekspor.
"Program kemitraan dengan petani, nelayan, dan UMKM, adalah strategi PPI dalam menyerap produk UMKM, terutama untuk pasar ekspor," ucap Fasika.