REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengatakan melihat adanya potensi besar pengembangan ternak kerbau di Indonesia. Menurutnya, kerbau merupakan ternak alternatif yang bisa memenuhi kebutuhan daging masyarakat.
Selain itu, kerbau juga mudah dipelihara, dan kerbau dapat memanfaatkan rumput berkualitas rendah serta menghasilkan berat karkas yang memadai. "Kerbau juga mudah beradaptasi dengan lingkungan geografis, memiliki kemampuan tinggi di dalam mencerna serat kasar dibanding ternak ruminansia lainnya," ujar Ketut, Selasa (30/6).
Ketut menambahkan, kerbau juga merupakan penghasil daging dan tenaga kerja yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Selain sebagai penyedia pangan, kerbau dianggap memiliki nilai sosial budaya yang tinggi dan dijadikan sebagai syarat utama dalam upacara adat.
Untuk itu, menurut Ketut diperlukan pengukuran laju pertumbuhan pada kerbau dalam mendukung program pemerintah yaitu Sapi dan Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan).“Besar potensi pengembangan ternak kerbau, maka diperlukan pengukuran laju pertumbuhan pada kerbau untuk mendukung Sikomandan,” tambahnya.
Dijelaskan Ketut, pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan dan tinggi badan. Pertumbuhan murni mencakup pertumbuhan dalam bentuk dan bobot jaringan tubuh lainnya seperti organ tubuh. Pertumbuhan juga dapat diukur dengan indikator lingkar dada, panjang dan tinggi tubuh.
Laju pertumbuhan ternak secara langsung juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor eksternal dan faktor intenal. Faktor eksternal yang dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan dan lingkungan, sedangkan faktor internal yang paling mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik dan endokrin.
“Untuk itu, kedua faktor ini perlu diperhatikan dalam pemiliharaan ternak sehingga pertumbuhannya berkembang dengan maksimal,” tegas Ketut.Ia menambahkan, ada hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan ternak. Antara lain dengan pengukuran berat badan, dan pengukuran tubuh.
Pengukuran Berat Badan (PBB) ternak umumnya dilakukan untuk mengetahui perkembangan ternak sehingga dapat dimonitor dampak dari satu intervensi teknologi atau perbaikan manajemen. Berat badan dapat dijadikan salah satu indikator untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak.
"Penimbangan hendaklah dilakukan dengan urutan dan tata cara yang tetap, agar mendapatkan berat badan yang mendekati kebenaran. Misalnya waktu penimbangan yang sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum ternak diberi makan di kandang jepit," papar Ketut.
Ketut mengungkapkan dalam teknik penimbangan yang baik dapat dilakukan dengan beberapa langkah-langkah, dimulai dari menyiapkan alat dan kelengkapan untuk penimbangan. Jika menggunakan timbangan digital, periksa dahulu baterai monitor sebelumnya.
"Kalau indikator menunjukkan bahwa kondisi listrik tidak penuh maka sebaiknya dilakukan pengisian baterai beberapa saat sebelum digunakan," tambahnya.
Kemudian menyiapkan buku data untuk mencatat hasil timbangan. Setelah itu, perlu petunjuk praktis untuk mengetahui bahwa alat timbangan dapat berfungsi dengan baik maka standard berat ditimbang terlebih dahulu. Sebagai catatan, standar berat dapat dibuat dari campuran semen dan pasir dengan berat tertentu.
Lalu, sebelum penimbangan sapi dimulai, terlebih dahulu standar berat ditimbang. Hal ini untuk memastikan beratnya tetap. Posisi ternak ketika ditimbang juga harus berada tepat di atas alas timbangan, usahakan agar ternak berdiri dengan posisi tegak, jangan bersandar pada dinding timbangan.
"Nah, angka yang tertera pada layar monitor dicatat setelah angka yang ditunjukkan sudah konstan (atau tidak berubah-ubah)," imbuh Ketut.
Cara Pengukuran Tubuh
Diketahui, perubahan ukuran tubuh ternak dapat dijadikan sebagai indikator pertumbuhan ternak. Perubahan pada ukuran tubuh ternak juga menunjukan apakah ternak mengalami pertumbuhan atau tidak. Dalam pengukuran tubuh antara lain dilakukan pengukuran pada Lingkar Dada, mengukur tinggi panggul, mengukur tinggi pinggul, dan mengukur panjang badan.
Ketut mengungkapkan, lingkar dada merupakan salah satu dimensi tubuh yang dapat digunakan sebagai indikator mengukur pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pengukuran lingkar dada diukur pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan.
"Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan melingkarkan pita ukur pada badan," ucap Ketut.
Sebagai informasi, cara mengukur lingkar dada harus menggunakan teknik pengukuran yang baik. Perlu langkah-langkah yang diperhatikan seperti menyiapkan pita ukur dengan panjang minimal 200 cm, lalu menyiapkan buku data untuk mencatat hasil pengukuran lingkar dada.
Kemudian, pengukuran lingkar dada harus dilakukan simultan setelah ternak ditimbang. Setelah itu, harus dipastikan ternak dalam keadaaan tenang dan berdiri dengan posisi yang tegak. Lalu, catat angka lingkar dada yang terukur pada pita ukur kedalam buku data.
Sedangkan untuk mengukur tinggi panggul, jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak gumba atau di belakang punuk. Caranya, siapkan mistar ukur berbentuk L dan siapkan ternak yang akan diukur. Lalu siapkan buku untuk pengisian data, kemudian tempatkan ternak pada posisi yang rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara alami.
Setelah itu, ukur ternak dengan menempatkan mistar ukur tegak lurus dan pastikan bagian horizontal dari mistar persis berada di atas gumba dan catat hasil pengukuran pada buku data yang telah disiapkan.
Sementara itu, untuk mengukur tinggi pinggul caranya dengan menempatkan ternak pada posisi yang rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara alami. Kemudian ukur ternak dengan menempatkan mistar, ukur tegak lurus dan pastikan bagian horizontal dari mistar persis berada di atas pinggul. Lalu catat hasil pengukuran pada buku data yang telah disiapkan.
Kemudian untuk mengukur Panjang Badan dengan mengukur panjang dari titik bahu ke tulang duduk. Caranya siapkan alat berupa mistar ukur berbentuk lurus, tempatkan ternak sapi pada posisi/tempat yang rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara alami, ukur ternak dengan menempatkan mistar ukur pada bagian titik bahu sampai pada tulang duduk, dan catatan hasil pengukuran pada form isian yang telah disiapkan reproduksi berat.
“Penimbangan dan pengukuran secara rutin harus terus dilakukan, agar dapat mengetahui laju pertumbuhan ternak kerbau secara terus menerus,” tutur Ketut.
Lebih lanjut, ia berharap dengan mengetahui cara pengukuran berat badan dan pengukuran tubuh, peternak dapat mengetahui laju pertubuhan dan mengetahui perkembangan ternaknya. Sehingga harapannya dapat dimonitor dampak dari satu intervensi teknologi atau perbaikan manajemen.