REPUBLIKA.CO.ID, OREGON -- Produsen pakaian dan sepatu olahraga Nike Inc melaporkan kerugian kuartalan yang tidak terduga, Kamis (25/6) waktu setempat. Kerugian ini pertama kalinya terjadi dalam dua tahun terakhir. Penutupan toko ritel akibat kebijakan lockdown untuk menekan laju penyebaran virus corona (Covid-19) menjadi penyebabnya.
Seperti dilansir Reuters, Kamis, pendapatan kuartal keempat tahun fiskal Nike turun hingga 38 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 6,31 miliar dolar AS. Seperti diketahui, tahun fiskal perusahaan-perusahaan Amerika Serikat biasa dimulai pada kuartal ketiga tahun sebelumnya hingga kuartal kedua tahun ini.
Saham perusahaan yang terkenal dengan slogan Just Do It ini langsung turun sekitar empat persen setelah perdagangan bursa ditutup. Kerugian Nike tercatat sebesar 51 sen per saham, berbanding terbalik dengan proyeksi laba sebesar 10 sen.
Realisasi tersebut bertolak belakang dengan raihan pada awal tahun. Saat itu, Nike mengalahkan ekspektasi analis Wall Street di tengah perjuangan yang dialami merek-merek lain.
Bisnis grosir, tempat Nike menjual barang dagangan ke pengecer lain, terhenti di tengah krisis kesehatan. Ini menyebabkan tingkat pengiriman barang-barang Nike turun 50 persen. Di sisi lain, jumlah inventaris terus bertambah dan biaya lebih tinggi harus ditanggung karena konsumen banyak membatalkan pesanan.
Toko-toko milik perusahaan dan pengecer Nike ditutup selama hampir delapan pekan akibat pandemi. Akibatnya, margin kotor Nike turun 820 basis poin pada periode April hingga Juni ini.
Tapi, investasi Nike ke platform digital selama bertahun-tahun membuatnya mencatat kenaikan 75 persen di penjualan daring. Banyak konsumen berbelanja pakaian dan sepatu olahraga dari rumah mereka.
Chief Executive Office (CEO) Nike John Donahoe mengatakan kepada analis perusahaan untuk mengakselerasi fokus terhadap belanja daring. Ia mengharapkan, 50 persen dari keseluruhan bisnis Nike dipenetrasi digital. Pada kuartal ini, penjualan online Nike menyumbang 30 persen dari total pendapatan kuartalan.
"Covid-19 menunjukkan, strategi kami selama ini tepat," ujar Donahoe.
Seiring relaksasi pembatasan di banyak negara, toko-toko Nike kini sudah mulai dibuka. Salah satunya di China, tempat virus corona pertama kali terdeteksi. Pendapatan di Greater China diketahui turun tiga persen. Pukulan lebih keras terjadi di Amerika Utara, di mana pendapatan Nike anjlok sampai 47 persen.
Meski demikian, Analis ritel Forrester Research Sucharita Kodali menilai, brand Nike masih kuat. "Mereka tidak tertekan secara finansial," katanya.