Kamis 25 Jun 2020 16:41 WIB

Tunas Ridean Andalkan Penjualan Online Selama Pandemi

20-30 persen penjualan Tunas Ridean pada kuartal satu 2020 didominasi online.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama PT Tunas Ridean Tbk Rico Adisurja Setiawan (kiri) berbincang dengan Direktur Tenny Febyana Halim  (tengah) dan  Direktur Nugraha Indra Permadi (kanan) usai paparan kinerja PT Tunas Ridean Tbk di Jakarta, Kamis (25/6). Group Tunas Ridean optimis untuk dapat melalui tantangan menghadapi pandemi COVID-19 dan akan senantiasa memantau dengan cermat perkembangan wabah COVID-19 dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya pada bisnis Grup.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika
Direktur Utama PT Tunas Ridean Tbk Rico Adisurja Setiawan (kiri) berbincang dengan Direktur Tenny Febyana Halim (tengah) dan Direktur Nugraha Indra Permadi (kanan) usai paparan kinerja PT Tunas Ridean Tbk di Jakarta, Kamis (25/6). Group Tunas Ridean optimis untuk dapat melalui tantangan menghadapi pandemi COVID-19 dan akan senantiasa memantau dengan cermat perkembangan wabah COVID-19 dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya pada bisnis Grup.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan penyedia kebutuhan otomotif, PT Tunas Ridean Tbk mengandalkan pemasaran jual beli online untuk menyiasati penurunan penjualan kendaraan bermotor. Hal ini menyusul dampak pandemi Covid-19 terhadap industri kendaraan bermotor.

Direktur Utama Tunas Ridean Rico Adisurja Setiawan mengatakan saat ini perusahaan sedang memperkuat tim untuk melakukan penjualan secara daring. Tercatat, sebanyak 20 persen-30 persen dari penjualan pada kuartal satu 2020 didominasi oleh penjualan online.

Baca Juga

"Penjualan mobil dan motor Tunas selama kuartal I 2020 masing-masing sebesar 6.369 unit dan 48.843 unit," ujarnya dalam keterangan tulis, Kamis (25/6).

Menurutnya selama April dan Mei perusahaan memperkuat penjualan online melalui bekerja sama dengan Tokopedia, sosialisasi media sosial melalui Facebook dan Instagram. "Kami tetap optimis dapat menghadapi pandemi Covid-19 dengan melakukan langkah-langkah ekspansi bisnis. Kami memproyeksi investasi barang modal pada tahun ini senilai Rp 476 miliar," jelasnya.

Dia merinci investasi barang modal atau capex senilai Rp 476 miliar itu antara lain untuk mendukung bisnis kendaraan rental senilai Rp 344 miliar. Sedangkan sisanya sebesar Rp 132 miliar untuk pembiayaan otomotif.

"Memang jika membandingkan dengan realisasi tahun 2019, proyeksi belanja modal ini lebih rendah atau menurun hingga 16 persen dari capex 2019 sebesar Rp 568 miliar," ucapnya.

Grup Tunas masih mencatat pendapatan bersih periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2020 sebesar Rp 3,2 triliun. Namun angka tersebut turun 11 persen dari tahun sebelumnya.

"Dampaknya ke penurunan laba 22 persen atau sebesar Rp 125 miliar. Laba per saham juga turun menjadi Rp 22," ucapnya.

Rico menjelaskan penurunan laba tersebut disumbang oleh penurunan penjualan bisnis otomotif sebesar 17 persen menjadi Rp79,3 miliar pada awal 2020. "Ini karena dampak covid, intensitas persaingan, juga akibat banjir awal 2020," ucapnya.

Dia menyebutkan, pasar mobil nasional turun tujuh persen menjadi 237.000 unit, sementara penjualan mobil baru Grup turun 16 persen menjadi 10.758 unit. Demikian juga pasar nasional perdagangan motor turun tujuh persen pada kuartal pertama tahun ini menjadi 1,6 juta unit. Penjualan sepeda motor Grup, yang terutama berlokasi di Sumatra turun 14 persen menjadi 48.843 unit.

"Penurunan penjualan kendaraan bermotor juga diakibatkan adanya aturan baru terkait covid. Ini cukup mempengaruhi karena rata-rata pembelian kendaraan bermotor secara kredit," ucapnya.

Kontribusi laba dari bisnis rental turun 35 persen menjadi  Rp 9,4 miliar disebabkan oleh keuntungan yang lebih rendah dari penjualan armada dan biaya penyusutan yang lebih tinggi. Jumlah armada rental sedikit turun menjadi 8.066 unit.

Demikian juga perusahaan asosiasi yang 49 persen sahamnya dimiliki Grup, Mandiri Tunas Finance, memberikan kontribusi laba sebesar Rp 36,3 miliar, 28 persen lebih rendah dari tahun lalu.

"Ini akibat dari perubahan peraturan seputar praktik penagihan, termasuk relaksasi atas angsuran pinjaman sebagai salah satu tanggapan pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19. Tetapi jumlah pembiayaan baru naik 5 persen menjadi Rp 7,3 triliun," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement