REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) mendorong perusahaan di Indonesia untuk lebih maju dan berkembang melalui sarana pendanaan di pasar modal. Yakni dengan go public atau penawaran umum saham perdana (initial public offering /IPO) dan mencatatkan efek di Bursa Efek Indonesia.
BRI Syariah adalah bank syariah anak BUMN pertama yang mencatatkan sahamnya di bursa pada 2018. Direktur Bisnis Komersil BRI Syariah, Kokok Alun Akbar menjelaskan, banyak manfaat yang didapat perusahaan setelah IPO.
Antara lain, memperkuat struktur permodalan, meningkatkan nilai perusahaan, meningkatkan kepercayaan publik kepada perusahaan, dan meningkatkan loyalitas karyawan. Ia mengatakan, lewat program Kepemilikan Saham oleh Direksi dan Dewan Komisaris (Management Stock Option Program (MSOP) dan Kepemilikan Saham oleh Karyawan (ESOP), etos kerja karyawan meningkat.
"IPO membawa BRI Syariah pada transformasi yang lebih baik," kata Alun dalam sesi berbagai pengalaman di Go Public Webinar: Kiat Memperoleh Dana dan Menjaga Likuiditas di Tengah Pandemi melalui Pasar Modal Indonesia seperti sampaikan BRI Syariah melalui siaran pers, Kamis (25/6).
Dengan dana hasil IPO, BRI Syariah dapat mengembangkan bisnis. Alun mengatakan, BRI Syariah memanfaatkan dana IPO murni untuk ekspansi bisnis. Sebanyak 80 persennya untuk ekspansi pembiayaan, 12,5 persen untuk teknologi infomasi, dan 7,5 persen untuk jaringan.
Setelah IPO, BRI Syariah mampu meningkatkan kinerja keuangannya secara berkesinambungan. Pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) aset sebelum IPO adalah sebesar 14,09 persen, sementara setelah IPO menjadi 16,92 persen. Pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) juga terjadi di pembiayaan yang sebelum IPO adalah 6,82 persen, setelah IPO menjadi 20,01 persen.
"Dengan dana hasil IPO BRI Syariah mengembangkan teknologi infromasi untuk mendorong pertumbuhan bisnis," kata dia.