Selasa 23 Jun 2020 15:12 WIB

BI: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Menurun

Pembatasan aktivitas ekonomi berisiko menurunkan pertumbuhan lebih besar.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappena Suharso Monoarfa (kanan), Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto (kanan), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kiri) dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso (kiri) mengikuti rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (22/6/2020). Raker tersebut membahas asumsi dasar Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021.
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappena Suharso Monoarfa (kanan), Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto (kanan), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kiri) dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso (kiri) mengikuti rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (22/6/2020). Raker tersebut membahas asumsi dasar Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontraksi perekonomian global berlanjut, sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan menurun. Meskipun, masih ada optimisme akan membaiknya kondisi perekonomian nasional pada separuh kedua tahun ini.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan, pertumbuhan ekonomi akan turun pada kuartal II dan kembali meningkat di kuartal III dan IV. "BI memperkirakan perekonomian yang menurun pada 2020 akan kembali membaik pada 2021, pada 2020 pada kisaran 0,9-1,9 persen dan 5-6 persen pada 2021," kata Perry dalam rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kemarin.

Baca Juga

Perry menyampaikan, BI terus mencermati perkembangan ekonomi global untuk merumuskan berbagai bauran kebijakan dalam memitigasi risiko dampak Covid-19 terhadap perekonomian domestik. BI juga bersinergi erat mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan yang diperlukan secara terkoordinasi dengan Pemerintah dan KSSK.

BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan berada pada -2,2 persen dan kembali naik di 5,2 persen didorong dampak stimulus kebijakan berbagai negara dan faktor statistik yakni based effect. Kontraksi perekonomian global saat ini terus berlanjut, sementara ketidakpastian pasar keuangan global menurun seiring penyebaran Covid-19 yang melandai.

Pembatasan aktivitas ekonomi sebagai langkah penanganan Covid-19 berisiko menurunkan pertumbuhan ekonomi global 2020 lebih besar dari prakiraan awal. Namun, kontraksi volume perdagangan dunia dan penurunan harga komoditas tidak sedalam prakiraan sebelumnya.

Respons kebijakan dan relaksasi pembatasan kegiatan ekonomi mulai mendorong kegiatan ekonomi di beberapa negara. Seiring dengan itu, risiko ketidakpastian global menurun dan mendorong aliran modal ke negara berkembang serta mengurangi tekanan nilai tukarnya, termasuk Indonesia.

Pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan menurun meskipun tekanan mulai berkurang. Ekspor menurun sejalan dengan kontraksi perekonomian global. Sementara konsumsi rumah tangga dan investasi menurun sejalan dengan dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement