REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan bahwa perjanjian perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih terus berlangsung hingga saat ini. Navarro membantah kesepakatan dagang antara kedua negara telah usai.
Navarro mengatakan komentar yang disampaikannya mengenai relasi AS-China pada wawancara dengan Fox News beberapa waktu lalu telah disalahartikan oleh pasar. Menurutnya, komentarnya tersebut tidak berkaitan dengan kesepakatan dagang.
"Komentar saya tersebut diterima tidak sesuai konteks," kata Navarro dikutip Reuters, Selasa (23/6).
Presiden Donald Trump turut mengonfirmasi melalui akun Twitternya. Trump mengatakan kesepakatan dagang Fase I masih utuh dan tetap berjalan. "Mudah-mudahan mereka akan terus memenuhi ketentuan perjanjian," kata Trump di Twitter.
Sebelumnya, Navarro mengatakan kepada Fox News dalam sebuah wawancara, perjanjian dagang AS-China sudah berakhir. Navarro menyebut titik baliknya terjadi ketika penyebaran Covid-19 di AS terjadi setelah delegasi Cina meninggalkan Washington. Dia meyakini Covid-19 berasal dari laboratorium di Wuhan, China.
"Pada saat mereka telah mengirim ratusan ribu orang ke negara ini untuk menyebarkan virus itu, dan hanya beberapa menit setelah roda ketika pesawat itu lepas landas, kami mulai mendengar tentang pandemi ini," kata Navarro.
Pasar keuangan pun bereaksi terhadap komentar Navarro tersebut. Saham berjangka AS langsung anjlok, diikuti dolar AS dan Australia yang melemah tajam.
Menurut Navarro, komentarnya tersebut tidak berkaitan dengan perdagangan Fase I, melainkan kurangnya kepercayaan AS terhadap China setelah mereka berbohong tentang asal-usul Covid-19 dan menyebarkan pandemi terhadap dunia.
Hubungan AS dan China telah mencapai titik terendah dalam beberapa tahun terakhir dan memuncak pada masa pandemi ini. Trump dan pemerintahannya berulang kali menuduh Beijing tidak transparan tentang wabah itu.