REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Balai Karantina Pertanian Surabaya untuk pertama kalinya memfasilitasi pengiriman beras konjac ke Korea Selatan. Beras konjac adalah beras rendah kalori yang dibuat dari umbi-umbian. Beras konjac yang diterbangkan ke Korsel, dibuat dari umbi jenis porang.
Kepala Karantina Pertanian Surabaya, Musyaffak Fauzi mengatakan, beras konjac tersebut diterbangkan ke Korea Selatan untuk mengikuti pameran KIWIE (Korea International Women's Invention Exposition). Beras konjac yang dikirim ke Korsel tersebut merupakan hasil inovasi civitas akademika Universitas Brawijaya, Malang.
"Kami mengapreasi hasil inovasi dari civitas akademika di Universitas Brawijaya ini. Semoga promosi berhasil dan berlanjutan ekspornya," kata Musyaffak di surabaya, Senin (22/6).
Musyaffak menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian, beras konjac diketahui mengandung lemak lebih rendah dari beras biasa. Sehingga cocok bagi konsumen yang membatasi konsumsi lemak atau diet.
Musyaffak mengaku, pihaknya telah melakukan tindakan pemeriksaan karantina terhadap beras konjac yang meliputi pemeriksaan fisik dan sebagainya. hasil pemeriksaan memastikan komoditas ini telah bebas dari hama gudang Oryzaephilus sp."Setelah dipastikan sehat dan aman kami terbitkan Phytosanitary Certificate (PC), ujarnya.
Musyaffak menjelaskan, porang merupakan tumbuhan liar yang lazim ditemukan di sela-sela pepohonan hutan dan pekarangan rumah. Tanaman porang saat ini mulai dilirik untuk dikembangkan secara luas karena memiliki nilai ekonomis tinggi."Umbi porang biasa digunakan sebagai bahan baku tepung, kosmetik, obat, penjernih air, bahan ramen (mie), termasuk dibuat beras konjac ini," ujar Musyaffak.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, Ali Jamil menyebutkan, negara tujuan ekspor untuk porang secara nasional adalah Jepang, Thailand, Tiongkok, Taiwan, Korea, Vietnam dan Australia. Sejalan dengan gagasan Gerakan Tigakali Lipat Ekspor (Gratieks) dari Menteri Pertanian, maka tumbuhnya ragam komoditas ekspor baru harus didorong."Selain ragam komoditas ekspor baru yang tumbuh, ke depan dengan hilirasi ekspor tidak lagi produk mentah, harus produk jadi atau minimal setengah jadi," kata dia.