REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai rangkaian dari pertemuan tahunan G20 tahun 2020 di bawah Presidensi Arab Saudi, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengundang seluruh ahli di bidang energi anggota G20 untuk mengikuti virtual meeting the G20 Workshop on the Circular Carbon Economy (CCE) Guide, akhir pekan lalu. Indonesia diwakili oleh Staf Ahli Menteri Bidang Perencanaan Strategis Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda Priaadi.
Program CCE diusulkan oleh Pemerintah Saudi sebagai pendekatan dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan. Dalam pertemuan ini, Yudo menyampaikan, Indonesia berkomitmen mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Ketersediaan energi yang terjangkau dan ramah lingkungan menjadi prasyaratnya.
"Dari hulu sampai hilir sektor energi, kami mulai mempertimbangkan empat aspek CCE melalui pengurangan emisi, efisiensi energi, dan pengembangan energi terbarukan khususnya bioenergi yang menjadi kebijakan kunci Indonesia," kata Yudo melalui keterangan kepara Republika, akhir pekan ini.
Ia juga menjelaskan, energi terbarukan akan menjadi kunci penyediaan bahan bakar ke depan. Saat ini Indonesia tercatat sebagai produsen listrik dari panas bumi terbesar kedua di dunia dengan kapasitas terpasang 2,1 GW. Selain penerapan kebijakan B30, Indonesia saat ini tengah menyiapkan pembangunan kilang hijau (green refineries) berbahan baku minyak sawit. Indonesia berhasil menguasai teknologi pembuatan katalis lokal hasil kerja sama PT Pertamina dengan ITB dan telah diujicobakan di beberapa kilang dengan system co-processing.
"Tiap negara melakukan upaya masing-masing untuk melaksanakan CCE dan akan mempercepat tujuan apabila negara-negara G20 berkolaborasi secara global," kata Yudo.