REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Bursa Saham Amerika Serikat (AS) Wall Street bergerak melemah pada perdagangan Rabu (17/6). Pelemahan ini terjadi seiring melonjaknya kasus Covid-19 yang berpotensi diberlakukannya kembali karantina wilayah atau lockdown.
"Prospek lockdown menghapus kepercayaan sebelumnya tentang pemulihan ekonomi global," kata direktur National Australia Bank, Tapas Strickland, dilansir Reuters, Kamis (18/6).
Optimisme tentang pemulihan ekonomi yang cepat telah dipatahkan karena meningkatnya lebih banyak kasus global Covid-19. Pelonggaran lockdown telah memunculkan kasus-kasus baru di Beijing dan AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 170,37 poin atau 0,65 persen, menjadi ditutup di 26.119,61 poin. Indeks S&P 500 melemah 11,25 poin atau 0,36 persen, menjadi berakhir di 3.113,49 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup naik 14,66 poin atau 0,15 persen, menjadi 9.910,53 poin.
S&P 500 dan Dow membalikkan kenaikan awal menjadi menghentikan kenaikan beruntun tiga hari. Sementara saham-saham teknologi membuat Nasdaq naik tipis.
Dari 11 sektor utama dalam S&P 500, delapan mengakhiri sesi di zona merah. Sektor energi dan keuangan menderita kerugian persentase terbesar.
Kekhawatiran atas kebangkitan penyebaran pandemi terus berlanjut, karena kasus-kasus baru virus corona mencapai rekor di Oklahoma hanya beberapa hari sebelum Presiden Donald Trump diperkirakan akan berkampanye di Tulsa.
Jumlah kasus baru meningkat tajam di sekitar enam negara bagian AS, menurut analisis Reuters, dan pihak berwenang di Beijing telah meningkatkan pembatasan mobilitas dalam upaya mereka untuk menahan wabah baru Covid-19.
"Ada poin periodik arus berita di mana berita positif akan mengangkat pasar dan berita negatif akan menekan pasar. Ini adalah kembalinya masalah kesehatan versus optimisme ekonomi," kata Joseph Sroka, kepala investasi di NovaPoint di Atlanta.
Indeks-indeks naik pada awal sesi karena berita steroid murah yang biasa disebut dexamethasone dapat membantu menyelamatkan pasien Covid-19 yang sakit kritis, menurut sebuah uji klinis di Inggris, sebuah perkembangan yang mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memperbarui pedoman perawatannya.
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengakhiri dua hari kesaksian kongres, di mana ia berjanji bank sentral akan menggunakan berbagai alat untuk membantu pemulihan ekonomi. Namun Powell menambahkan, akan menjadi masalah jika Kongres menarik kembali dukungan yang diberikannya.
"Terlalu cepat," katanya.