REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 memaksa semua sektor mengalami tekanan, salah satunya industri baja. Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim mengatakan untuk bisa mendorong industri baja maju lagi, perlu adanya stimulus harga gas dan listrik.
Silmy menjelaskan pandemi covid-19 menggerus penjualan perusahaan. Hal ini karena permintaan baja domestik anjlok hingga 60 persen. Di tengah kondisi ini, Silmy mengaku stimulus harga gas khusus belum terasa, juga persoalan tarif listrik yang masih mahal.
Ia mengatakan pemerintah perlu memperhatikan industri baja agar dapat mempertahankan kelanjutan bisnisnya pasca-pandemi. Pasalnya, utilisasi produksi saat ini anjlok hingga 20 persen, sehingga pekerja di industri baja terancam pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Hal ini sangat dibutuhkan dan memiliki peran yang penting bagi industri baja karena secara signifikan dapat menekan biaya produksi," kata Silmy, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, untuk meningkatkan produksi di tengah merosotnya permintaan, penurunan tarif listrik industri perlu segera direalisasikan. Beberapa di antaranya yakni relaksasi pembayaran rekening listrik industri melalui penghapusan rekening minimum pemakaian 40 jam nyala, pemberian diskon tarif listrik, keringanan biaya paralel fee dan pajak PPU.
Stimulus tersebut perlu direalisasikan dalam waktu dekat lantaran listrik merupakan salah satu komponen produksi terbesar produk baja. "Biaya listrik menjadi salah satu komponen utama yang berpengaruh besar terhadap biaya produksi dan daya saing produk baja nasional," kata Silmy.